Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Pyridam Farma Tbk. mengakui bahwa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB bisa saja menggerus penjualan pada semester pertama tahun ini kendati omzet perseroan cukup moncer pada kuartal pertama tahun ini.
Direktur Pyridam Farma Paulus Widjanarko Brotosaputro mengakui penjualan produk yang tidak berhubungan dengan pencegahan Covid-19 terimbas dikarenakan pembatasan jam praktik layanan kesehatan seperti tenaga medis dan rumah sakit.
“Kami biasanya melakukan kunjungan dalam hal presentase produk dan ini imbasnya terlihat signifikan di bulan Mei, dimana banyak sekali pasien yang mungkin menunda pembelian obat dan kontrol,” ujar Paulus dalam paparan publik insidentil pada Kamis (11/6/2020).
Kendati demikian, perseroan berharap hasil penjualan pada pekan pertama dan kedua bulan Juni akan mengalami perbaikan seiring dengan masa transisi yang sering disebut sebagai kenormalan baru.
“Apakah pada semester satu mengalami penurunan dibandingkan dengan semester satu tahun lalu? Jelas bahwa efek itu ada. Tapi estimasi kami tidak lebih dari 5 sampai 10 persen,” sambungnya.
PENJUALAN PRODUK FARMASI
Lebih lanjut, Direktur Pyridam Farma Kuntoro Wisaksono Nurtanio menyatakan penjualan perseroan masih didominasi oleh produk farmasi khususnya obat-obat resep.
“Selama ini kami monitor, pandemi ini ada dampaknya kepada penjualan obat-obat resep tapi di sisi lain obat-obatan multivitamin mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Secara keseluruhan, penjualan produk farmasi dianggapnya menunjukkan sedikit perlambatan sekitar 10 persen pada kuartal kedua tahun 2020.
Kendati demikian, untuk mendulang profit, perseroan banyak melakukan penghematan khususnya dalam pemberlakuan work from home. Sehingga, perseroan berharap masih bisa mempertahankan keuntungan.
Adapun, Paulus mengatakan pihaknya mempunyai portofolio beberapa produk baru yang akan diluncurkan tahun ini. Produk baru tersebut adalah obat generik bermerk sebesar 11 buah dan tidak bermerk sebesar 9 buah.
“Jelas, kontribusi dari produk baru di tahun ini tidak begitu signifikan untuk bisa mengikuti hasil penjualan karena kontribusinya masih di bawah 5 persen. Dan (beberapa) produk ini di-launching-nya setelah semester kedua,” ungkap Paulus.
Sebagai kesimpulan, Paulus menyatakan bahwa pada triwulan pertama tahun ini kontribusi penjualan produk baru masih relatif kecil yakni 2 persen.