Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp99,21 miiar pada kuartal I/2020. Jumah itu turun 65,3 persen dibandingkan dengan periode kuartal I/2019 sejauh lebih sebesar Rp285,89 miliar.
Penurunan laba disebabkan sejumlah faktor, mulai dari penurunan pendapatan hingga kenaikan beban. Secara umum, kinerja perseroan terkena getah dari dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Laporan keuangan WIKA per kuartal I/2020 menunjukkan, pendapatan turun 35,44 persen menjadi Rp4,19 triliun. Mayoritas pendapatan disumbang dari sektor infrastruktur dan gedung, yakni Rp2,68 triliun.
Sementara itu, sektor energi & industrial plant berkontribusi Rp667,64 miliar, sektor industri Rp666,22 miliar, serta sektor realti & properti Rp181,21 miliar.
Tekanan dari penurunan pendapatan bertambah berat dengan adanya kenaikan beban usaha sebesar 12,62 persen menjadi Rp194,67 miliar. Penyebab utama adalah kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 13,33 persen menjadi Rp192,35 miliar.
Dari sisi kinerja non-operasional, pendapatan bunga juga perseroan menurun 28,8 persen, sementara beban dari pendanaan meningkat 27,41 persen. Beban penurunan nilai instrumen keuangan juga tercatat lebih besar daripada pemulihan nilai instrumen keuangan.
Hanya ada dua pos pendapatan non-operasional yang mengalami peningkatan. Pertama, laba ventura bersama naik 23,74 persen menjadi Rp154,05 miliar. Kedua, laba selisih kurs yang meningkat lebih dari sepuluh kali lipat menjadi Rp63,53 miliar.
Kendati demikian, hal tersebut tidak mampu menghindarkan perseroan dari penurunan laba bersih sebesar 55,36 persen menjadi Rp152,36 miliar. Adapun, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 65,3 persen menjadi Rp99,23 miliar.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan pihaknya masih menilai pencapain perseroan secara positif. Dia menyebut, pencapaian WIKA dalam tiga bulan pertama mencerminkan kemampuan perseroan dalam menjaga operasi bisnisnya kendati dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pandemi virus corona.
Dia mengimbuhkan, kondisi keuangan perseroan masih sehat. Hal itu tercermin dari rasio gross gearing dan net gearing yang masing-masing sebesar 1,04x dan 0,59x. Posisi tersebut masih jauh lebih rendah dari batas covenant sebesar 2,50x.
Menurut Agung,rasio keuangan yang sehat menjadi langkah awal yang baik bagi perseroan dalam persiapan untuk mengembalikan ritme pembangunan infrastruktur yang sempat terhambat pandemi virus corona.
“Ini sejalan dengan pemberlakuan transisi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menuju pemberlakuan new normal,” katanya melalui siaran pers, Senin (9/6/2020).
Baca Juga : Wijaya Karya (WIKA) Bagikan Dividen Rp457 Miliar |
---|
Agung memaparkan dengan bekal order book yang hingga April mencapai Rp80,68 triliun, perseroan akan memfokuskan produksi pada beberapa proyek yang berasal dari BUMN dan afiliasinya, proyek dari Pemerintah.
Menurutnya, proyek-proyek tersebut memiliki skema pembayaran yang lebih baik dibandingkan proyek lain. Kondisi ini dinilai akan membantu perseroan menjaga stabilitas operasi dan menjaga kesehatan keuangan.
Dia menekankan, WIKA juga telah menyiapkan protokol-protokol yang mengatur aktivitas-aktivitas karyawan. Protokol serupa disiapkan untuk aktivitas yang melibatkan pemangku kepentingan lain, baik di kantor, proyek maupun pabrik.
Dia mengatakan untuk aktivitas yang memerlukan interaksi secara langsung, akan tetap diberlakukan pengecekan suhu tubuh dan menerapkan pembatasan fisik. Sementara itu, aktivitas lainnya dapat dilakukan secara virtual.
Perseroan, lanjutnya, juga berupaya mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital. Saat ini, proses digitalisasi yang berlangsung di WIKA telah mengubah cara kerja dari sisi perencanaan, proses pembangunan sampai pada monitoring, dan evaluasi proyek.
“Efektivitasnya pun mulai terlihat dari berkurangnya kehadiran secara fisik serta aspek kualitas yang terus dihasilkan sesuai dengan standar perusahaan,” ujarnya.