Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak masih berada di jalur kenaikan seiring dengan kesepakatan OPEC+ untuk memperpanjang pemangkasan produksi hingga Juli 2020. Hal itu membuat penambahan pasokan terhambat di tengah tren permintaan yang turut akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (8/5/2020) hingga pukul 11.13 WIB harga minyak jenis WTI di bursa Nymex untuk kontrak Juli 2020 bergerak menguat 0,99 persen ke level US$39,94 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Agustus 2020 di bursa ICE bergerak naik 1,39 persen ke level US$42,89 per barel.
Konsultan Energi Vanda Insight Singapura Vandana Hari mengatakan bahwa kenaikan harga minyak masih didorong oleh sentimen kesepakatan keberlanjutan pemangkasan produksi pada pekan lalu.
Untuk diketahui, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,6 juta barel per hari pada Juli, 100.000 barel per hari lebih sedikit dari bulan ini karena Meksiko akan mengakhiri kendala pasokannya.
Para pemimpin OPEC+ secara de-facto menunjukkan komitmen mereka untuk menopang pasar minyak secara global, dan bahkan membujuk Irak, Nigeria, dan penghambat lainnya untuk memenuhi janji mereka untuk mengurangi produksi.
Setiap anggota yang tidak menerapkan 100 persen pembatasan pada Mei dan Juni akan melakukan pengurangan tambahan dari Juli hingga September sebagai kompensasi.
Baca Juga
"Investor masih menanggapi sentimen keberhasilan OPEC menyepakati pemangkasan lebih lanjut, tetapi begitu pasar menilai sentimen itu lebih jauh, yang akan terlihat sesungguhnya adalah tantangan untuk mempertahankan disiplin kuota antar negara setiap bulannya," ujar Hari dikutip dari Bloomberg, Senin (8/5/2020).
Kemudian, menyusul perpanjangan pemangkasan itu, Arab Saudi telah menaikkan harga jual minyak mentahnya setelah memberikan diskon cukup besar bagi pembelinya dalam beberapa bulan terakhir. Keputusan itu pun seiring dengan permintaan China yang mulai meningkat.
Di sisi lain, upaya pemulihan harga minyak itu dapat terhambat oleh memburuknya hubungan antara AS dan China, penyebaran covid-19 gelombang kedua, atau kembali membludaknya pasokan minyak serpih dari AS setelah harga berhasil naik.
Mengutip riset Monex Investindo Futures, dengan sentimen pemangkasan produksi harga minyak jenis WTI dapat menguji level resisten di kisaran US$40-US$41 per barel.
“Sedangkan jika melemah, level support minyak di kisaran US$38,5-US$37,5 per barel,” tulis Monex Investindo Futures dalam risetnya, Senin (8/5/2020).