Bisnis.com, JAKARTA – Dua pekan sejak pergerakan saham emiten konsumer PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) terkena auto reject bawah atau ARB ternyata masih menyisakan kekhawatiran bagi pasar.
Betapa tidak, kegelisahan investor kali ini diakibatkan oleh transaksi jumbo yang akan dilakukan Indofood CBP untuk mengakuisisi Grup Pinehill atau Pinehill Company Limited.
Emiten berkode saham ICBP tersebut terkonfirmasi akan merogoh kocek US$2,99 miliar atau Rp41,67 triliun (asumsi kurs Rp13.901 per dolar AS) yang mayoritas dibiayai oleh utang jangka panjang bank.
Meskipun begitu, hingga akhir perdagangan sesi pertama Senin (8/6/2020), saham ICBP sudah menguat 1,22 persen atau 75 poin ke level Rp6.225 sementara induknya INDF pun ikut berada di zona hijau dengan kenaikan sebesar 3,48 persen atau 300 poin ke level Rp8.925.
Sejatinya, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pergerakan positif kedua emiten tersebut murni terdorong oleh laju indeks yang juga menguat hari ini.
“Kenaikan ICBP dan INDF pada hari ini dipengaruhi penguatan indeks pada hari ini pula,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).
Baca Juga
Secara teknikal, pergerakan saham INDF dan ICBP masih berada pada tren bearish consolidation sehingga investor ritel diharapkan untuk tetap wait and see. Baginya, pergerakan saham produsen Indomie tersebut jelas masih tersulut kabar akuisisi Grup Pinehill yang masih menghambat lonjakan harga sahamnya.
“INDF terlihat pola bearish spinning top candle yang mengindikasikan adanya potensi aksi profit taking pada pergerakan harga saham. “Partial Sell” pada area level Rp6.150 – Rp6.300, dengan target harga di level Rp5.850 dengan resistan Rp6.575,” tulisnya dalam riset, Senin (8/6/2020).
Sementara untuk saham ICBP, area beli berada di kisaran harga Rp7.750 hingga Rp8.325 dengan rekomendasi tahan atau akumulasi beli dengan target harga di level Rp10.150.