Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG anjlok pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (5/6/2020), setelah mengalami reli cukup kuat dalam beberapa perdagangan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.39 WIB IHSG terkoreksi 1,18 persen atau turun 58,02 poin ke level 4.858,68.
Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (4/6/2020), parkir di zona merah dengan melemah 0,49 persen atau 24,302 poin ke level 4.916,704.Koreksi itu mengakhiri rentetan penguatan indeks dalam enam hari terakhir.
IHSG sempat menguat menembus level resistance 5.014,764 pada pembukaan, Kamis (4/6/2020). Namun, laju indeks terjun ke zona merah pada sesi kedua.
Pada perdagangan kali ini, investor asing tampak melakukan jual saham TLKM sebesar Rp66,5 miliar, sehingga saham emiten telekomunikasi itu terkorek si 1,82 persen ke level Rp3.240.
Selain itu, BBCA juga tampak menjadi target aksi jual investor asing sebesar Rp28,4 miliar sehingga sahamnya turun 1,9 persen ke level Rp28.400. Adapun, total transaksi asing saat ini mencatatkan net sell Rp12.905 miliar.
Baca Juga
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali penopang pergerakan IHSG dalam beberapa terakhir yakni aliran modal masuk investor asing. Dana itu cukup mencapai lebih dari Rp500 miliar per hari.
“Untuk penurunan, saya melihat memang ada pengaruh perpanjangan pembatasan sosial berskala besar [PSBB] tapi yang dominan adalah hingga saat ini investor masih terus menimbang pemulihan ekonomi setelah dibukanya kembali ekonomi secara global,” tuturnya.
Investor, lanjut dia, masih mengkhawatirkan bahwa ekonomi tidak akan pulih secara cepat atau dalam jangka 1 tahun. Beberapa data ekonomi di seluruh dunia masih disoroti dan saat ini belum terlihat membaik.
“Tentunya bila terjadi perbedaan jauh antara harga saham dan kinerja di sektor riil maka perlu dipertanyakan apakah peningkatan tersebut sejalan dengan pemulihan sektor riilnya,” paparnya.
Frederik memprediksi IHSG masih akan volatil hingga data fundamental dapat mendukung peningkatan. Pembukaan kembali ekonomi diyakini dapat memulihkan kondisi tetapi risiko masih tetap tinggi.