Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara diproyeksi masih menghadapi banyak tantangan bisnis, sehingga menekan kinerja keuangannya pada kuartal kedua tahun ini.
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengatakan bahwa tren penurunan kinerja emiten-emiten batu bara masih akan berlanjut pada kuartal II/2020 dan akan mulai melandai sepanjang semester II/2020.
“Hal ini mayoritas disebabkan oleh kondisi industri yang sedang melemah dari sisi permintaan,” ujar Dessy kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari 12 emiten batu bara, hanya dua emiten yang berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan pada kuartal I/2020. Sementara itu, dari sisi bottom line hanya tiga emiten yang membukukan kenaikan laba bersih dalam periode tiga bulan pertama tahun ini.
Bahkan, terdapat dua emiten yang justru berbalik rugi dibandingkan dengan kuartal I/2019, yaitu PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang mencatat kerugian sebesar US$35,1 juta, dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang merugi US$21 juta pada kuartal I/2020.
Pelemahan harga batu bara global masih menjadi faktor utama penekan kinerja emiten komoditas emas hitam ini. Untuk diketahui, pada kuartal I/2020 harga batu bara Newcastle telah terkoreksi 2,64 persen didorong sentimen lockdown di beberapa negara untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Baca Juga
Oleh karena itu, Dessy merekomendasikan bagi investor yang ingin melakukan investasi jangka pendek untuk menghindari saham sektor batu bara secara keseluruhan selama semester I/2020 ini.
“Namun, untuk investor yang sudah memiliki saham batu bara terutama ADRO dan ITMG, sebaiknya di hold dulu sampai pembagian dividend karena yieldnya cukup menarik dengan harga sekarang yang sedang turun,” papar Dessy.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa pada pekan ini saham-saham emiten batu bara cukup menarik seiring dengan harga batu bara global yang tampak menguat.
Konsumsi listrik China tampak perlahan-lahan pulih dengan total utilitas periode April 2020 naik 0,7 persen secara year on year. Selain itu, output pembangkit listrik tenaga panas China periode April juga tumbuh sebesar 1,2 persen yoy.
“Dengan demikian, kami berpikir bahwa Adaro Energy (ADRO), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan saham terkait batu bara lainnya akan menarik,” ujar Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (2/6/2020).