Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bergerak di Zona Hijau, Bursa Asia Rawan Terkoreksi

Hingga pukul 08.23 WIB indeks Topix Jepang bergerak naik 0,38 persen, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,0,57 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,8 persen. Sementara itu, indeks S&P Australia atau ASX 2020 terkoreksi 0,24 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia tampak melanjutkan penguatannya pada perdagangan Rabu (27/5/2020), tetapi rawan terkoreksi karena investor sudah mulai memantau sentimen Pemerintahan AS yang tengah mempertimbangkan pemberian sanksi kepada China, menjadi sinyal memburuknya hubungan kedua negara ekonomi terbesar di dunia itu.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga 08.23 WIB indeks Topix Jepang bergerak naik 0,38 persen, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,0,57 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,8 persen. Sementara itu, indeks S&P Australia atau ASX 2020 terkoreksi 0,24 persen.

Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama menguat 0,16 persen ke level 99,068.

Manager Portofolio Senior UBS Private Wealth Katerina Simonetti mengatakan bahwa penguatan yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir di pasar ekuitas merupakan indikasi bahwa investor semakin optimis terkait pembukaan kembali ekonomi dan pengembangan vaksin Covid-19.

"Kami berharap bahwa pada akhirnya akan mengarah ke normalisasi di pasar tetapi kami harus mengawasi potensi kemunculan kembali kasus-kasus virus baru, seperti potensi penyebaran gelombang kedua," ujar Simonetti seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (27/5/2020).

Hal itu pun tercermin dari data ekonomi terbaru yang menunjukkan bahwa pelonggaran lockdown telah meningkatkan kegiatan ekonomi di AS.

Namun, Kepala Ekonom dan ahli Strategi Global ADM Investor Services Marc Ostwald melihat narasi pasar yang cenderung menjadi katalis positif, saat ini perlahan sudah mulai bergeser untuk fokus terhadap sentimen negatif.

Investor sekarang mulai menimbang sentimen eskalasi ketegangan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang dapat mengancam perdagangan global di tengah periode pemulihan akibat pandemi Covid-19.

“Harapan berkurangnya jumlah negara yang di-lockdown dan optimisme penemuan vaksin yang cenderung dilebih-lebihkan telah diseimbangi dengan meningkatnya ketegangan AS dan China,” papar Ostwald.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper