Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah dunia berbalik melemah setelah mengalami kenaikan empat perdagangan. Harga minyak kembali lungsur karena pelaku pasar khawatir pandemi virus corona (Covid-19) bakal mengerem laju perekonomian.
Kekhawatiran tersebut mengalahkan katalis positif yang menopang kenaikan harga minyak, yaitu langkah pemangkasan produksi oleh negara produsen.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/5/2020) hingga pukul 08.15 WIB harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex bergerak melemah 0,41 persen ke level US$31,83 per barel.
Padahal, pada penutupan perdagangan sebelumnya berhasil naik sekitar 1 persen ke level US$31,96 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 di bursa ICE terkoreksi 0,38 persen ke level US$34,52 per barel.
Kendati demikian, kinerja harga emas hitam ini masih jauh lebih baik daripada kinerjanya sebulan lalu. Saat itu, harga minyak WTI untuk kontrak Mei anjlok dan berakhir di wilayah negatif karena kekhawatiran pasar terhadap tidak cukupnya kilang minyak untuk menampung banjirnya pasokan.
Adapun, mengutip Bloomberg sentimen negatif kembali menghantui pasar menyusul laporan bahwa studi vaksin Covid-19 oleh Moderna Inc. yang menjadi sumber harapan semua aset berisiko awal pekan ini, dianggap ilmuwan tidak menghasilkan data kritis yang cukup untuk menilai keberhasilannya.
Baca Juga
Akibatnya, optimisme terhadap berakhirnya pandemi yang dapat menyelamatkan pertumbuhan ekonomi global menghilang dan pasar kembali khawatir terhadap permintaan minyak yang sangat dalam tekanan.
Di sisi lain, berdasarkan laporan American Petroleum Institute, pasokan di Cushing, Oklahoma, pusat pasar minyak terbesar AS, turun 5,04 juta barel pada pekan lalu. Stok minyak mentah AS diproyeksi turun 4,84 juta barel.
Sementara itu, Citigroup Inc. mengatakan surplus minyak yang masih akan membebani pasar pada kuartal kedua tahun ini diperkirakan akan berubah menjadi rekor defisit di kuartal ketiga.