Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Masih Ada, Eastspring Indonesia Pasang Strategi Defensif

Kondisi pasar keuangan, baik secara global maupun domestik, yang kian penuh ketidakpastian membuat sejumlah manajer investasi mengambil sikap defensif dalam menyusun aset dasar (underlying asset) produk reksa dananya.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi pasar keuangan, baik secara global maupun domestik, yang kian penuh ketidakpastian membuat sejumlah manajer investasi mengambil sikap defensif dalam menyusun aset dasar (underlying asset) produk reksa dananya.

Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring Indonesia, mengatakan di tengah ketidakpastian pergerakan pasar saat ini pihaknya lebih banyak melakukan penempatan kas ketimbang hari biasa.

Untuk produk reksa dana saham, lanjut Ari, manajer investasi dengan dana kelolaan (asset under management) senilai Rp77,10 triliun per 30 April 2020 itu cenderung memilih saham dari sektor tahan banting seperti sektor berbasis konsumsi, kesehatan, dan komunikasi.

“Dalam hal pemilihan saham, kami memilih saham-saham yang berfundamental baik dan mempunyai pendanaan yang kuat,” kata Ari kepada Bisnis pekan lalu.

Adapun, produk reksa dana saham memang menjadi kontributor utama terhadap AUM manajer investasi yang merupakan bagian dari Grup Prudential Plc. ini. Ari pun masih merekomendasikan reksa dana saham seperti Eastspring Investments Value Discovery dan Eastspring Investments Alpha Navigator untuk dapat dicermati investor menjelang akhir tahun.

Kendati demikian, lanjut Ari, mengingat komponen pertumbuhan ekonomi seperti investtasi dan ekspor bersih yang akan mengalami pemulihan perlahan membuat pelaku pasar kesulitan untuk optimis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bakal tumbuh pada kisaran 2,5% seperti harapan pemerintah pada kuartal II/2020.

Dengan demikian, tentunya aset pendapatan tetap juga menjadi pilihan. Ari menunjukkan saat ini imbal hasil SUN bertenor 10 tahun pada kisaran 8 persen dan inflasi yang diperkirakan pada kisaran 2 persen — 3 persen pada tahun ini akan menunjukkan imbal hasil nyata yang sangat menarik dari produk dengan aset dasar surat utang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper