Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan manajer investasi (MI) PT Eastpring Investments Indonesia memerkirakan reksa dana dolar AS cenderung memiliki kinerja positif pada 2020.
Chief Investment Officer Eastpring Indonesia Ari Pitojo menjelaskan prospek reksa dana dolar AS semakin positif seiring dengan meredanya tensi perang dagang. Hal itu mendorong pertumbuhan ekonomi global.
Di sisi lain, perbedaan valuasi antara bursa di negara maju dan negara berkembang yang cukup jauh, membuat investor akan mengalihkan dananya kembali ke pasar negara berkembang.
“Hal itu juga seiring dengan iklim investasi yang membaik, sehingga investor masuk ke pasar negara berkembang,” ujarnya kepada Bisnis.com baru-baru ini.
Ari menjelaskan salah satu produk Eastpring, yakni Eastspring Islamic Asia Pacific USD berinvestasi di portfolio negara-negara Asia Pasifik, yang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi dunia.
Periode 2020 diperkirakan menjadi tahun yang baik untuk negara berkembang dan Asia Pasifik, karena valuasi bursa yang menarik dan pertumbuhan laba yang positif.
Baca Juga
Produk andalan Eastspring Islamic Asia Pacific USD mencakup saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan laba yang menarik. Lebih dari 45 persen dari portofolio berinvestasi pada saham-saham terkait teknologi, yang merupakan sektor dengan pertumbuhan paling cepat ke depannya.
Sebagai informasi, 8 dari 10 saham syariah terbesar di Asia Pasifik merupakan perusahaan teknologi, seperti Alibaba, Tencent, Taiwan Semiconductor, Sunny Optical Tech, Technotic Industries, Meituan Dianping, Venture Corporation, dan Infosys.
“Lebih dari 45 persen portfolio Eastspring Islamic Asia Pacific USD di perusahana teknologi, sektor yang paling cepat bertumbuh,” imbuhnya.
Terkait rencana penerbitan produk baru denominasi dolar AS, sambung Ari, Eastpring masih melakukan analisis internal.
Berdasarkan data OJK, pada 2019 Eastpring memiliki Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana sebesar Rp20,62 triliun dari 35 produk. NAB tersebut menjadi yang terbesar ke-9 di antara MI lainnya.