Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Surya Semesta Internusa Tbk. mengurangi rasio pembagian dividen untuk menjaga kas akibat covid-19.
Presiden Direktur Surya Semesta Internusa Johannes Suriadjaja mengatakan penurunan rasio pembagian dividen dari 86 persen menjadi 25 persen tak pelak akibat covid-19. Menurutnya perseroan harus lebih hati-hati dalam menjaga arus kas selama masa pandemi.
“Dengan covid ini kita perlu hati-hati sekali dan harus menjaga arus kas perusahaan karena kami salah satu group perusahaan yang terkena dampak yang cukup signifikan seperti property, konstruksi, dan perhotelan,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (19/5/2020).
Emiten berkode saham SSIA itu secara terbuka menyatakan memperkirakan pendapatan bakal terkoreksi hingga 13 persen secara year on year pada tahun ini akibat dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi kinerja tiga pilar bisnis utama.
Pasalnya, keterlambatan dalam keputusan investasi karena kebijakan pembatasan sosial di beberapa negara luar dan dalam negeri akan mempengaruhi penjualan lahan. Meski demikian, SSIA menargetkan untuk memasarkan 80 hektare penjualan tanah.
Sementara itu, Analis Sinarmas Sekuritas Richardson Raymond mengatakan bisnis perhotelan yang berkontribusi atas 21 persen total pendapatan akan menjadi penekan kinerja. Menurutnya, 50 persen pendapatan dari segmen perhotel datang dari hotel di Bali.
Baca Juga
“Kami memperkirakan 52 persen pendapatan hotel akan terkoreksi pada tahun ini karena beberapa ditutup. Sementara untuk bisnis konstruksi yang menjadi motor bakal terkoreksi 18 persen,” ungkapnya.
Menurutnya bisnis perhotelan baru akan pulih pada kuartal III/2020 dan menanjak pada kuartal terakhir. Sementara untuk bisnis konstruksi akan lebih landai.
Adapun proyek Subang Indsutrial Estate akan mengalami pelambatan peluncuran ke kuartal III/2020 karena ada beberapa kemungkinan pembelian lahan akan terhambat. Oleh sebab itu, Richardson menurunkan target harga menjadi Rp260 per saham.
“Kami rasa performa perusahaan akan melemah pada 2020 dengan pemulihan yang masih tanda tanya sehingga valuasi akan terdepresi," pungkasnya.