Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Penambahan Cadangan AS Tekan Harga Minyak WTI

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (12/5/2020) hingga pukul 10.5 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex bergerak melemah 0,27 persen ke level US$25,71 per barel.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melemah  seiring dengan bertambahnya proyeksi cadangan Amerika Serikat, sehingga berpotensi menambah suplai global.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (13/5/2020) hingga pukul 10.5 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex bergerak melemah 0,27 persen ke level US$25,71 per barel.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juli 2020 di bursa ICE melesu 1,13 persen ke level US$29,64 per barel.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan American Petroleum Institute (API) memperkirakan peningkatan pasokan minyak mentah di AS mengalami peningkatan pada pekan lalu.

"API memperkirakan kenaikan 7,58 juta barel dalam persediaan minyak mentah AS untuk pekan yang berakhir 8 Mei semalam. Perkiraan analis yang disiapkan oleh Investing.com memperkirakan kenaikan 5 juta barel," paparnya dalam publikasi riset, Rabu (13/5/2020).

Secara teknikal, harga minyak berpotensi bergerak naik menguji level resisten di US$26,10. Kenaikan lebih tinggi dari level resisten tersebut berpotensi menopang harga minyak menguji resisten selanjutnya di US$26,55 dan US$26,95.

Bila bergerak turun harga minyak berpeluang menguji level support US$24,95. Penembusan level support tersebut berpotensi menekan harga minyak menguji level support selanjutnya di US$24,50 dan US$24,05.

Resistan:  26.10, 26.55, 26.95
Support: 24.95, 24,55, 24.05

Sementara itu, Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar dunia, mengumumkan laba bersih sebesar US$ 6,7 miliar pada kuartal pertama 2020 sebagai periode awal jatuhnya permintaan di pasar minyak global karena penguncian di semua ekonomi utama.

Sesuai dengan patokan pada saat penawaran saham perdana pada Desember tahun lalu, Aramco membayar dividen sebear US$13,4 miliar pada kuartal tersebut.

Perusahaan juga menyatakan akan membayar US$18,75 miliar kepada pemegang saham pada kuartal berikutnya sekaligus menjadi dividen terbesar dari perusahaan publik di dunia.

Hasil tersebut, ketika untuk pertama kalinya Aramco melaporkan keuangan sebagai perusahaan publik, turun hampir 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, secara signifikan angka tersebut lebih kecil dari penurunan harga minyak, yang hampir mencapai 50 persen selama periode tiga bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper