Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global tergelincir pada awal perdagangan pekan ini setelah aliansi produsen OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi yang jauh melampaui ekspektasi pasar.
Kenaikan pasokan ini memicu kekhawatiran akan banjir pasokan di tengah tekanan permintaan akibat kebijakan tarif AS.
Melansir Reuters, Senin (7/7/2025), harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman September 2025 melemah 0,8% ke level US$67,76 per barel pada pukul 6.00 WIB, setelah sempat anjlok hingga 1,6%.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 1,5% ke level US$65,97 per barel. Tidak ada perdagangan pada Jumat pekan lalu karena libur nasional di AS.
Pada Sabtu lalu, OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi sepakat menambah produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai bulan depan, setahun lebih cepat dari jadwal pencabutan pemangkasan produksi sebelumnya.
Menurut pejabat OPEC+, lonjakan konsumsi musim panas menjadi alasan utama optimisme bahwa pasar masih mampu menyerap tambahan pasokan. Langkah ini juga dinilai sebagai respons terhadap tekanan dari Presiden Donald Trump yang mendesak penurunan harga bahan bakar domestik.
Baca Juga
Pasar minyak global tengah berada dalam fase fluktuasi tajam dalam beberapa pekan terakhir, menyusul konflik antara Israel dan Iran yang kini memasuki masa gencatan senjata rapuh. Fokus investor pun kini beralih ke arah kebijakan pasokan OPEC+ dan dinamika tarif baru AS.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyatakan bahwa tarif berdasarkan negara akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus, memberi sedikit jeda bagi mitra dagang setelah tenggat awal 9 Juli.
Sebelumnya, OPEC+ telah menaikkan produksi sebanyak 411.000 barel per hari untuk bulan Mei hingga Juli—angka yang tiga kali lebih cepat dari jadwal semula. Kenaikan Agustus ini menandai perubahan strategi besar dari pengetatan pasokan menuju ekspansi agresif guna merebut kembali pangsa pasar.
Dalam pernyataan resminya, OPEC+ menyebut peningkatan ini didasari oleh proyeksi ekonomi global yang stabil serta fundamental pasar yang dinilai masih kuat. Arab Saudi pun langsung mengerek harga jual minyak mentah utamanya ke pasar Asia, menandakan keyakinan bahwa pasar mampu menyerap lonjakan pasokan dari aliansi.
Menurut sejumlah delegasi yang enggan disebutkan namanya, pertemuan OPEC+ berikutnya pada 3 Agustus akan membahas kemungkinan penambahan produksi lagi sebesar 548.000 barel per hari pada September.
Jika disetujui, maka seluruh pengurangan pasokan 2,2 juta barel per hari yang diberlakukan sejak 2023 akan resmi dipulihkan.