Bisnis.com, JAKARTA - Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar dunia, mengumumkan laba bersih sebesar US$ 6,7 miliar pada kuartal pertama 2020 sebagai periode awal jatuhnya permintaan di pasar minyak global karena penguncian di semua ekonomi utama.
Sesuai dengan patokan pada saat penawaran saham perdana pada Desember tahun lalu, Aramco membayar dividen sebear US$13,4 miliar pada kuartal tersebut. Perusahaan juga menyatakan akan membayar US$18,75 miliar kepada pemegang saham pada kuartal berikutnya sekaligus menjadi dividen terbesar dari perusahaan publik di dunia.
Hasil tersebut, ketika untuk pertama kalinya Aramco melaporkan keuangan sebagai perusahaan publik, turun hampir 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, secara signifikan angka tersebut lebih kecil dari penurunan harga minyak, yang hampir mencapai separuh selama periode tiga bulan.
Adapun pendapatan perushaan turun sekitar 16% menjadi US$60,2 miliar. Di Bursa Efek Arab Saudi (Tadawul), saham perusahaan naik 1,29% menjadi SR31,3 (US$8,33) saat diumumkan.
"Krisis Covid-19 tidak seperti yang dialami dunia dalam sejarah baru-baru ini, dan kami beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang sangat kompleks dan cepat berubah," kata Presiden dan CEO Aramco, Amin Nasser seperti dikutip ArabNews.com, Rabu (13/5/2020).
Aramco telah menunjukkan ketahanan selama siklus ekonomi dan memiliki posisi yang tak tertandingi karena neraca yang kuat dan struktur berbiaya rendah, katanya.
“Kami telah menghasilkan pendapatan yang kuat dengan arus kas bebas yang kuat, meskipun permintaan energi lemah dan harga minyak rendah. Kami tetap berkomitmen untuk keselamatan karyawan kami sambil memberikan strategi penciptaan nilai jangka panjang untuk semua pemegang saham kami," kata Nasser.
Arus kas dari aktivitas operasi dilaporkan mencapai mencapai US$22,4 miliar atau sekitar US$7 miliar lebih besar dari Shell, saingan terdekatnya dalam hal arus kas.
Shell baru-baru ini membatalkan dividennya untuk pertama kalinya dalam 75 tahun. Keuntungan Aramco lebih dari dua kali lipat dari gabungan lima perusahaan minyak besar.
Analis mengatakan hasil itu menunjukkan bahwa Aramco lebih tahan terhadap pasar energi global yang tidak stabil dibandingkan perusahaan minyak besar lainnya.