Bisnis.com,JAKARTA—Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service memperkirakan sebagian besar perusahaan ternama di Asia di luar Jepang mampu memenuhi kewajiban obligasi jatuh tempo senilai US$569 miliar hingga 2021. Mereka dinilai mampu melunasi utang kendati perekonomian terguncang akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Sean Hwang, Moody’s Assistant Vice President mengatakan perusahaan berstatus investment grade atau layak investasi mencapai 70 persen atau US$400 miliar dari obligasi jatuh tempo pada 2021.
“Hal itu menunjukkan risiko refinancing yang lebih rendah karena kualitas kredit perusahaan yang baik,” ujarnya melalui siaran pers, Rabu (13/5/2020).
Moody’s menambahkan sebagian besar obligasi yang akan jatuh tempo mayoritas berdenominasi mata uang lokal.
Dengan demikian, perusahaan cenderung memiliki akses pendanaan yang lebih baik di dalam negeri serta kemungkinan mendapat manfaat kebijakan dari pemerintah seperti suntikan likuiditas.
Di sisi lain, Moody’s mencatat 30 persen atau US$169 miliar dari obligasi yang akan jatuh tempo pada 2021 merupakan perusahaan dengan tingkat imbal hasil atau yield tinggi. Mereka menghadapi kondisi refinancing yang kurang baik khususnya di pasar luar negeri offshore.
Baca Juga
Lembaga pemeringkat internasional itu menuliskan mayoritas obligasi dengan yield tinggi yang akan jatuh tempo pada 2021 memiliki peringkat B1 atau di atasnya. Perusahaan-perusahaan itu sebagian besar harus mempertahankan akses ke pasar modal atau mempertahankan likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
“Perusahaan [dengan tingkat imbal hasil tinggi] berperingkat B2, atau di bawahnya memiliki tingkat risiko yang relatif lebih tinggi,” tulis Moody’s.