Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex menyatakan belum bisa memperkirakan secara wajar durasi ataupun besaran dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap kinerja perseroan. Sejauh ini, perseroan memperkirakan penjualan ekspor akan turun sejalan dengan penurunan permintaan.
Dikutip dari laporan keuangan konsolidasian interim yang diunggah di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (11/5/2020), manajemen menyatakan telah membatasi kunjungan pelanggan ke pabrik.
Adapun, emiten berkode saham SRIL tersebut memperkirakan adanya penurunan permintaan pasar ekspor karena penutupan sementara atau berkurangnya jam kerja.
“Kami telah mengantisipasi hal tersebut dengan memproduksi produk yang dibutuhkan dalam menghadapi Covid-19 yaitu produk masker dan pakaian pelindung diri antivirus yang mana saat ini permintaannya sangat tinggi sehingga kami menambah jam kerja pada departemen-departemen terkait,” tulis manajemen seperti dikutip dari laporan keuangannya, Senin (11/5/2020).
Di sisi lain, perseroan juga mengantisipasi dampak material yang merugikan pada laporan posisi keuangan konsolidasian, hasil operasi konsolidasian dan laporan arus kas konsolidasian pada tahun fiskal 2020.
Berdasarkan data kinerja keuangannya, Sritex berhasil mencatatkan pertumbuhan tipis dari sisi laba bersih sebesar 0,62 persen dari posisi US$28,05 juta menjadi US$28,22 juta.
Kendati demikian, Sritex mengalami penurunan tipis dari sisi penjualan sebesar 0,07 persen dari posisi US$316,85 pada kuartal pertama tahun 2019 menjadi US$316,61 pada periode yang sama tahun ini.
Penjualan ekspor masih menopang lini bisnis perseroan yakni 59,74 persen, disusul oleh pendapatan dari penjualan lokal sebesar 40,26 persen dari total omzet.
Berdasarkan geografisnya, penjualan ekspor di pasar Asia mendominasi sekitar 35,13 persen, diikuti dengan pasar ekspor di Eropa sebesar 9,14 persen dari total penjualan.