Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Tak Terpengaruh Data Tenaga Kerja, Wall Street Menguat

Bursa saham Amerika Serikat bergerak menguat pada awal perdagangan hari Jumat (8/5/2020) karena investor mengalihkan fokus dari data tenaga kerja yang lesu menuju langkah-langkah terbaru pelonggaran pembatasan dan perkembangan perdagangan AS-China.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak menguat pada awal perdagangan hari Jumat (8/5/2020) karena investor mengalihkan fokus dari data tenaga kerja yang lesu menuju langkah-langkah terbaru pelonggaran pembatasan dan perkembangan perdagangan AS-China.

Dilansir dari Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,42 persen atau 338,09 poin ke level 23.213,98 pada pukul 09.05 WIB, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,06 persen atau 30,66 poin ke level 2.911,85.

Sementara itu, indeks Nasdaq Composite menguat 0,92 persen atau 82,83 poin ke level 9.062,49.

Berdasarkan data Badan Statistik AS, data non-farm payroll menunjukkan 20,5 juta warga Amerika Serikat kehilangan pekerjaan pada bulan April 2020, membuat angka pengangguran melonjak menjadi 14,7 persen.

Angka ini merupakan yang terbesar sejak era Great Depression tahun 1930-an silam, setelah pandemi virus corona membuat ekonomi AS terhenti. Di bulan Februari, angka tersebut hanya mencapai 3,5 persen, level terendah dalam lima dekade terakhir.

Namun, data tersebut telah diantisipasi investor, yang berspekulasi bahwa hal tersebut akan menandai titik rendah selama kemerosotan ekonomi yang dipicu oleh wabah virus corona.

"Laporan non-farm payroll menandai momen serius dalam sejarah kami, sementara itu juga kemungkinan menandai batas terbawah kontraksi ekonomi dengan harapan irebound pada sisa tahun ini," kata Bryce Doty, manajer portofolio senior di Sit Fixed Income Advisors, seperti dikutip Bloomberg.

Pasar saham sejauh ini berhasil mengatasi data ekonomi yang lesu serta serangkaian laporan keuangan emiten yang buruk karena investor bertaruh pada pemulihan yang cepat, tetapi rebound aset berisiko telah membuat sebagian orang mempertanyakan apakah kenaikan lebih lanjut dapat bertahan.

"Ada beberapa kekhawatiran bahwa pengangguran akan mendekati 25 persen, jadi data hari ini dalam beberapa hal merupakan kejutan positif," kata Seema Shah, kepala analis Principal Global Investors, seperti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper