Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang berhasil melonjak lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (8/5/2020), di tengah penguatan bursa Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix ditutup di level 1.458,28 dengan lonjakan 2,21 persen atau 31,55 poin dari level 1.426,73 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, indeks Nikkei 225 berakhir di level 20.179,09 dengan lonjakan 2,56 persen atau 504,32 poin dari level 19.674,77 pada perdagangan sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, Nikkei bergerak dalam kisaran 19.894,58 – 20.179,09.
Saham JTEKT Corp. yang naik 9,21 persen mencatat kenaikan terbesar pada Nikkei, disusul saham Sumitomo Corp. (+8,25 persen), dan Ricoh Co. Ltd. (+7,77 persen).
Sejalan dengan bursa Jepang, indeks saham lain di Asia mayoritas berakhir menguat, antara lain indeks Kospi Korea Selatan (+0,89 persen), Taiex Taiwan (+0,54 persen), S&P/ASX 200 Australia (+0,50 persen), dan SET 50 Thailand (+0,68 persen).
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing ditutup menanjak 0,83 persen dan 0,99 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong berakhir naik tajam 1,08 persen.
Baca Juga
Bursa saham global telah bergulat untuk menentukan arahnya pada awal bulan ini meskipun mampu mencetak rebound kuat pada April setelah tepukul aksi jual yang dramatis pada kuartal pertama.
Sentimen optimistis mengacu pada upaya banyak negara untuk membuka kembali aktivitas perekonomiannya, laju baru infeksi corona yang melambat, dan stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di sisi lain, pasar juga diresahkan atas meningkatnya dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi. Data payroll AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat (8/5/2020) waktu setempat diperkirakan akan menunjukkan hasil yang mengecewakan.
“Meski penurunan aktivitas perekonomian tampak historis, begitu pula dengan respons kebijakan global untuk meredam dampak dan mendukung pemulihan,” tulis ahli strategi JPMorgan Chase & Co.
“Kami memperkirakan aset-aset berisiko akan terus pulih saat banyak ekonomi dibuka kembali, meskipun laju kenaikan kemungkinan akan melambat,” terangnya, dikutip dari Bloomberg.