Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ramayana (RALS) Diyakini Tertekan Efek Corona, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Penurunan daya beli akibat dampak pendemi virus corona (Covid-19) diperkirakan bakal menekan kinerja Ramayana. Pandemi yang berlangsung di momen Ramadan juga dinilai membuat perseroan kehilangan kesempatan mendulang omzet besar.
Warga berbelanja pakaian baru, di Plaza Andalas, Padang, Sumatra Barat, Senin (3/6/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra
Warga berbelanja pakaian baru, di Plaza Andalas, Padang, Sumatra Barat, Senin (3/6/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja  PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) diperkirakan bakal mendapat tekanan seiring dengan daya beli masyarakat yang menurun sebagai imbas dari pandemi virus corona (Covid-19). Saham Ramayana pun belum direkomendasikan untuk dibeli.

Mirae Asset Sekuritas mencatat, laba bersih Ramayana pada tahun lalu turun 40,7 persen secara tahunan. Penurunan tersebut dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang melambat pada periode tersebut diakibatkan oleh serangkaian demonstrasi yang menyebabkan penjualan di toko Ramayana ikut melandai.

Analis Mirae Christine Natasya menilai risiko pandemi virus corona yang berlangsung di tengah momentum Ramadan akan sangat mengganggu arus jual beli di toko Ramayana. Mirae pun merekomendasikan hold untuk saham Ramayana dengan target harga yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yakni 590.

“Terlepas dari perlambatan ekonomi pada kuartal IV/2019, kami berpikir bahwa proyeksi tahun 2020 akan jauh lebih buruk, mengingat aksi penutupan beberapa mal di Indonesia, mayoritas di wilayah DKI Jakarta yang juga kawasan toko RALS terbanyak,” tulis Christine dalam laporan riset yang dikutip Bisnis, Rabu (6/5/2020).

Walhasil, Ramayana diperkirakan tidak akan menikmati momen Ramadan secara optimal karena pemerintah  memperpanjang status darurat Covid-19 hingga 29 Mei 2020, satu pekan setelah hari raya Idulfitri.

Momentum Ramadan dan Idulfitri biasanya memberikan kontribusi pendapatan tertinggi bagi Ramayana. Hal ini tidak lepas dari tradisi membeli baju baru menjelang lebaran.

Mirae sekuritas memperkirakan perlambatan ekonomi masih akan berlanjut dan akan memukul daya beli masyarakat menengah ke bawah. Hingga kuartal pertama 2020 saja, konsumsi rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik hanya tumbuh 2,8 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh 2,97 persen dan menjadi level terendah sejak kuartal IV/2001.

Walaupun daya beli terpukul, golongan masyarakat bawah yang menjadi pangsa pasar Ramayana akan mendapat banyak stimulus dari pemerintah. Oleh karena itu, sekuritas menilai pemberian stimulus di saat momen Ramadan akan menjadi katalis positif.

Untuk diketahui, Ramayana mencatat margin kotor direct-purchase (DP) dari divisi supermarket dan fesyen lebih rendah masing-masing 11,4 persen dan 38,8 persen pada kuartal IV/2019. 

“Kemungkinan hal ini dikarenakan perseroan melakukan banyak promosi di dalam toko untuk meningkatkan penjualan,” imbuh Christine. 

Hal-hal diatas cukup meyakinkan sekuritas untuk memangkas proyeksi laba kotor Ramayana sepanjang tahun 2020 menjadi Rp2,24 triliun, menurun dibandingkan posisi 2019 sebesar Rp2,49 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper