Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Negara Mulai Cabut Lockdown, Bursa Asia Menguat

Di tengah volume perdagangan yang cenderung tipis karena bursa China, Jepang, dan Korea Selatan ditutup untuk libur nasional, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,64 persen atau 3,75 poin ke level 589,81.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Selasa (5/52020), mengikuti reli bursa sahan AS seiring dengan pelonggaran kebijakan lockdown di sejumlah negara.

Di tengah volume perdagangan yang cenderung tipis karena bursa China, Jepang, dan Korea Selatan ditutup untuk libur nasional, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,64 persen atau 3,75 poin ke level 589,81.

Sementara itu, indesk S&P/ASX 200 Australia menguat 1,64 persen, indeks Hang Seng menguat 0.98 persen, dan indeks FTSE Straits Time Singapura menguat 0,72 persen.

Kontrak berjangka S&P 500 menguat naik setelah indeks utama berhasil berbalik menguat pada perdagangan Senin (4/5) setelah negara bagian California mengungkapkan optimisme dalam perjuangannya melawan virus corona dengan rencana pembukaan kembali aktivitas ekonomi.

Saham global masih fluktuatif karena perselisihan AS-China kembali berkobar. Sementara itu, investor masih memiliki kekhawatiran adanya gelombang kedua infeksi dan aliran data ekonomi yang buruk terhadap berbagai upaya oleh banyak negara untuk mulai melonggarkan pembatasan aktivitas.

"Pasar benar-benar mengandalkan harapan pembukaan aktivitas ekonomi ini," Jingyi Pan, analis pasar di IG Asia, seperti dikutip Bloomberg.

“Namun, umpan balik dari data ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan setidaknya sampai kuartal III dan IG Asia menyarankan klien untuk memposisikan lebih defensif,” katanya.

Ketika kematian global akibat pandemi mencapai 251.000, California berencana melonggarkan lockdown pada hari Jumat. Sementara itu, Italia mulai membuka kembali ekonominya setelah lockdown selama dua bulan, tetapi rencana perdana menteri dikritik karena dianggap terlalu berhati-hati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper