Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa India Anjlok Akibat Ketegangan AS-China dan Lockdown Nasional

Bursa saham India mengalami penurunan terbesarnya dalam lebih dari sebulan pada perdagangan siang ini, Senin (4/5/2020), terseret oleh pelemahan bursa saham global di tengah eskalasi ketegangan Amerika Serikat-China.
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham India mengalami penurunan terbesarnya dalam lebih dari sebulan pada perdagangan siang ini, Senin (4/5/2020), terseret oleh pelemahan bursa saham global di tengah eskalasi ketegangan Amerika Serikat-China.

Tekanan sentimen eksternal tersebut menambah beban bagi pasar saham Negeri Hindustan setelah pemerintah setempat memperpanjang lockdown secara nasional.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P BSE Sensex terjerembap 4,8 persen ke level 32.092,18 pukul 10.34 pagi waktu Mumbai (siang WIB), penurunan terburuk sejak 23 Maret. Indeks NSE Nifty 50 juga terkoreksi dengan besaran yang sama.

Koreksi kedua indeks saham acuan tersebut sekaligus menutup penguatan bulanan terbesarnya sejak 2009 yang mampu dibukukan pada April. Bulan lalu, bursa saham India berhasil rebound hampir 30 persen dari level rendah pada satu bulan sebelumnya.

Seluruh 19 sub-indeks sektor, yang dihimpun BSE Ltd., melemah, dipimpin indeks perusahaan-perusahaan perbankan dan logam.

Saham bank termasuk IndusInd Bank Ltd. dan ICICI Bank Ltd. berada di antara yang mencatat penurunan terbesar. Sebaliknya, saham Sun Pharmaceutical Industries Ltd. satu-satunya yang mengalami kenaikan pada Sensex.

Bursa saham global melemah setelah Presiden Trump menyatakan pada Minggu (3/5/2020) bahwa China telah menyesatkan dunia tentang wabah virus corona (Covid-19).

Dari dalam negeri, Perdana Menteri Narendra Modi pada Sabtu (2/5/2020) memperpanjang perintah untuk tinggal di rumah (stay at home) selama dua pekan mulai dari 4 Mei.

Di sisi lain, Modi melonggarkan beberapa pembatasan dan melakukan brainstorming cara untuk memulai kembali kegiatan di negara berekonomi terbesar ketiga di Asia itu. Sejauh ini India telah melaporkan 42.505 kasus terinfeksi dan 1.910 korban jiwa, menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University.

“Pendapatan [perusahaan] dan ekonomi akan membutuhkan waktu untuk bangkit kembali meskipun semua pembatasan dicabut,” ujar Ajit Mishra, analis riset di Religare Broking Ltd., Mumbai.

“Pemerintah mungkin tidak mengurangi pembatasan-pembatasan dalam waktu dekat mengingat jumlah kasus baru yang kita lihat setiap hari," tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Dengan musim laporan kinerja kuartalan yang sedang berlangsung, Reliance Industries Ltd. mencatat penurunan sebesar 40 persen dalam laba kuartal keempat dan Hindustan Unilever Ltd. turun 7 persen dalam hal volume penjualan di tengah lockdown global untuk memerangi virus ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper