Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Kuartal I/2020 : Vale Indonesia (INCO) Raup Laba US$29 Juta

Perolehan laba Vale Indonesia ditopang pertumbuhan pendapatan yang mencapai lebih dari 30 persen.
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencetak laba bersih sebesar US$29 juta pada kuartal I/2020. Raihan tersebut membalikkan posisi rugi bersih pada kuartal I/2019 sebesar US$20,2 juta.

Perolehan laba bersih Vale Indonesia tak lepas dari kinerja pendapatan yang tumbuh 38,21 persen menjadi  US$174,7 juta. Dalam tiga bulan pertama 2020, emiten bersandi saham INCO itu memproduksi nikel sebanyak 17.614 metrik ton dan menjual 16.713 metrik ton. 

Adapun harga realisasi rata-ratanya mencapai US$10.428 per ton. Sementara itu pada kuartal yang sama tahun lalu produksi sebesar 13.080 ton, penjualan 13.867 ton dan harga rata-rata US$9.117 ton.

Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia dan  menyebabkan perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada permintaan-pasokan di industri nikel. 

Hal ini, pada akhirnya mendorong tren penurunan harga nikel pada triwulan pertama tahun 2020, tren yang berpotensi berlanjut ke triwulan kedua.

“Kami menghargai kerja keras seluruh karyawan. Meskipun harus fokus mengantisipasi kemungkinan dampak COVID-19 pada operasi kami, kami masih dapat mencapai hasil yang baik pada triwulan ini,” katanya melalui siaran pers, Selasa (28/4/2020).

Di sisi lain, INCO juga tercatat memproduksi High Sulphur Fuel Oil sebesar 333.157 barel, diesel 20.337 kilo liter, dan batubara 92.429 ton. Adapun harga rata-rata masing-masing produk adalah US$50,66 per barel, US$0,55 per liter dan US$106,01 per ton.

Menurut Nico,, penggunaan HSFO per ton nikel yang diproduksi menurun sebesar 10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan menurun sebesar 11 persen dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, konsumsi diesel dan batubara pada kuartal I/2020 meningkat masing-masing sebesar 9 persen dan 2 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Konsumsi diesel yang lebih tinggi terutama disebabkan oleh jarak angkut tambang yang lebih jauh. “Melihat pencapaian sejauh ini dan dengan asumsi tidak ada dampak besar dari COVID-19 pada operasi kami, kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020,“ katanya.

Nico menegaskan perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing dalam jangka panjang. Perseroan, lanjutnya, telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak potensial dari penyebaran COVID-19 terhadap operasional.  Sementara kesehatan dan keselamatan tetap menjadi prioritas utama.

“Beberapa keputusan dan tindakan penting telah diambil untuk meminimalkan risiko infeksi di tempat kerja,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper