Bisnis.com, JAKARTA – PT Goodyear Indonesia bersikap realistis dalam pandemi virus corona baru atau wabah Covid-19 yang berpotensi merontokkan kegiatan ekonomi di ranah global dan domestik.
Head of Marketing and Corporate Communication Goodyear Indonesia Wicaksono Sobroto mengatakan bahwa pandemi tersebut sudah menjadi momok bagi pelaku usaha di manapun, termasuk bagi perseroan.
“Dampak terhadap kinerja tentu ada. Wabah ini bersifat global, maka setiap economy players akan mengevaluasi lagi semua strateginya. Goodyear juga tidak kebal,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (23/4/2020).
Hal itu pula yang menjadi dasar perseroan mengambil keputusan work from home dan melakukan penghentian produksi sementara. Dia juga mengatakan bahwa di tengah kondisi ini perseroan mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan karyawannya.
Perseroan telah memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan produksi mulai 20 April 2020 hingga 3 Mei 2020. Keputusan ini diambil seiring adanya aturan dari Pemerintah Kota Bogor, lokasi Goodyear Indonesia, serta Kementerian Kesehatan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Karena bagaimanapun kesehatan dan keselamatan karyawan paling utama. Selama masa ini, hingga 3 Mei, kewajiban perusahaan atas gaji dan upah tetap akan dilaksanakan.”
Baca Juga
Dia mejelaskan meski produksi dihentikan untuk sementara, fungsi lain khususnya pergudangan dan pengiriman yang langsung terjun ke lapangan tetap berjalan secara normal. Dia juga mengatakan bahwa sejauh ini perseroan masih memiliki stok yang mencukupi permintaan konsumen tetap original equipment (OE).
Dia menuturkan kebijakan ini tidak diambil secara tiba-tiba. Perseoran telah mengevaluasi kemungkinan penutupan pabrik untuk sementara ini sejak awal bulan lalu, saat virus corona baru mulai menujukkan batang hidungnya di Indonesia.
Wicaksono mengatakan bahwa di tengah kondisi ini, perseroan akan mengandalkan segmen konsumen tetap OE dan konsumen di dalam negeri. Pasar luar negeri, khususnya dari kawasan Asia Pasifik juga diharapkan segera bangkit dan bisa kembali menjadi peluang ekspor bagi perseroan.
“Kalau diperhatikan, China sudah mulai perlahan menjalankan perekonomiannya, Jepang, Taiwan dan Thailand juga. Kami berharap akan ada banyak lagi pasar lama Asia Pasifik mulai lagi karena mereka pasar utama ekspor kita,” ujarnya.
Menurutnya perseroan akan mengkaji peuang beroperasi kembali secara normal apabila kondisi makro ekonomi sudah membaik dan menguntungkan. Sejauh hal itu belum terjadi, perseroan akan memaksimalkan potensi konsumen dari dalam negeri.
Pada perdagangan hari ini, saham emiten berkode GDYR ini parkir di level Rp1.510 per saham. Pada awal tahun ini saham GDYR berada di level Rp1.770 per saham, sehingga secara tahun berjalan sudah mengalami penurunan sebesar 24,5 persen.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, perseroan mencetak rugi bersih US$246.578, berbanding terbalik dari laba bersih senilai US$505.306. Penurunan penjualan serta kenaikan sejumlah pos beban menjadi penekan kinerja Goodyear Indonesia pada tahun lalu.
Dari sisi pendapatan, perseroan memang mengalami penurunan sebesar 12,89 persen secara year on year (yoy) menjadi US$139,31 juta. Hal ini terjadi seiring dengan melempemnya penjualan barang setengah jadi yang merosot dari US$22,28 juta menjadi US$1,99 juta.
Berdasarkan pasarnya, penjualan Goodyear Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat pada pasar ekspor maupun domestik. Penjualan ekspor tercatat turun cukup besar dari US$73,89 juta menjadi US$57,42 juta. Adapun, penjualan domestik turun dari US$86,03 juta menjadi US$81,89 juta.