Bisnis.com, JAKARTA – PT Goodyear Indonesia Tbk. mencatatkan rugi senilai US$246.578 pada 2019 akibat kenaikan beban dan kerugian akibat selisih kurs yang cukup besar.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, rugi yang dicatatkan emiten berkode saham GDYR ini berbanding terbalik dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Perseroan pada 2018 mencatatkan laba bersih senilai US$505.306.
Dari sisi pendapatan, perseroan memang mengalami penurunan sebesar 12,89 persen secara year on year (yoy) menjadi US$139,31 juta. Hal ini terjadi seiring dengan melempemnya penjualan barang setengah jadi yang merosot dari US$22,28 juta menjadi US$1,99 juta.
Berdasarkan pasarnya, penjualan Goodyear Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat pada pasar ekspor maupun domestik. Penjualan ekspor tercatat turun cukup besar dari US$73,89 juta menjadi US$57,42 juta. Adapun, penjualan domestik turun dari US$86,03 juta menjadi US$81,89 juta.
Meski penjualan menurun, perseroan masih bisa mengimbangi hal itu dengan menekan beban pokok penjualan hingga 16,24 persen. Per akhir 2019, beban pokok tercatat penjualan senilai US$122,13 juta.
Dari kinerja tersebut, perseroan sebenarnya mencatatkan laba kotor senilai US$17,17 juta. Dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, perolehan laba kotor ini masih tercatat meningkat 16,24 persen secara yoy.
Baca Juga
Namun, terjadinya kenaikan pada sejumlah pos beban membuat laba bersih perseroan harus tertekan hingga negatif alias rugi. Beban umum dan administrasi contohnya, naik 9,8 persen menjadi US$7,28 juta. Beban keuangan juga meningkat hingga 100,97 persen menjadi US$2,06 juta.
Faktor lain yang menambah tekanan berat pada perolehan laba perseroan adalah pendapatan lain-lain bersih yang tercatat negatif US$1,44 juta. Padahal, pada tahun sebelumnya, pos ini menyumbang keuntungan sebesar US$1,52 juta.
Mengutip laporan keuangan perseroan, kerugian lain-lain bersih tersebut mayoritas disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang mencapai US$1,35 juta. Posisinya berbanding terbalik dengan perolehan 2018 yang untung US$1,62 juta.
Beberapa faktor itulah yang membuat perolehan laba bersih perseroan harus tertekan cukup berat hingga rugi US$246.578. Dibandingkan perolehan 2018 yang tercatat laba US$505.306, terjadi penurunan sebesar 148,80 persen.
Sepanjang tahun lalu, total aset perseroan juga ikut tertekan sekitar 3,75 persen menjadi US$121,29 juta. Dalam bentuk pasiva, perseroan memiliki liabilitas sebesar US$68 juta dan ekuitas US$53,28 juta.