Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana merampingkan anak cucu usaha BUMN yang saat ini mencapai kisaran 800 perusahaan hingga 70 persen.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan Kementerian BUMN berkoordinasi dengan Komisi VI DPR RI terkait rencana perampingan anak cucu usaha BUMN. Berdasarkan pemetaan, ada 70 persen perusahaan yang bisa dilakukan konsolidasi.
"Kalau dilihat mapping saja, 70 persen bisa konsolidasi. Kalau kita lihat total perusahaan BUMN ada 142 perusahaan, dengan anak cucu bisa 800 perusahaan. Bayangkan kalau ke depannya 70 persen bisa konsolidasi," paparnya, Jumat (3/4/2020).
Sebagai informasi, Kementerian BUMN menggelar konferensi pers mengenai rencana perampingan entitas perusahaan pelat merah pada hari ini.
Pertemuan via zoom dengan topik Rasionalisasi Anak/Cucu Perusahan BUMN itu dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil Menteri I KBUMN Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri 2 KBUMN Kartiko Wirjoatmodjo, Sekretaris Menteri BUMN Susyanto.
Selanjutnya, Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Ririek Adriansyah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra.
Baca Juga
Disinggung soal rencana divestasi, Erck menjelaskan dalam efisiensi jangan terjebak dengan adanya divestasi atau pelepasan perusahaan. Namun, secara bisnis dapat dilihat lini usaha apa yang dapat dikonsolidasikan.
"Jadi kita fokus di efisiensi dan konsolidasi. Kalau divestasi pun tidak akan signifikan dampaknya, karena nilainya kecil. Oleh karena itu, kita harus kolslidasi dan efisiensi dulu, bukan divestasi," imbuhnya.
Erick juga berkomitmen meskipun ada rasionalisasi atau perampingan BUMN, tidak akan ada pemecatan karyawan. Pasalnya, banyak juga yang anak usaha yang sebenarnya bisa digabungkan.
"Misalnya Garuda Tauberes, ini kan bisnis online daripada kargo, kenapa mesti spin off lagi, padahal kan sudah ada bisnis kargo. Kami komitmen tidak ada lay off," imbuhnya.