Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) menyentuh level 3.911 pada 24 Maret 2020. Apakah indeks akan bergerak naik atau melanjutkan penurunannya?
Dalam riset terbarunya, Selasa (31/3/2020), Analis PT Kresna Securities Etta Rusdiana Putra menjelaskan bahwa level terendah indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini adalah 3.911. Posisi itu lebih rendah 2,2 persen dari batas bawah yang disampaikan sebelumnya di level 4.000.
Etta menjelaskan bahwa dalam sejarahnya stimulus fiskal dan moneter menjadi sumber bull-run indeks. Pada 2008, pasar berubah menjadi bullish setelah Bank Sentral dan pemerintah memberikan stimulus pemotongan suku bunga, quantitative easing, pemberian subsidi, dan pelebaran defisit.
Namun, dia menyebut saat ini ketidakpastian durasi COVID-19 membuat orang masih ragu terhadap keberlanjutan penguatan IHSG. Padahal, diskon IHSG saat ini cukup dalam.
Etta menyebut menemukan momentum yang sempurna untuk masuk ke pasar adalah idaman semua orang. Namun, meskipun memiliki akurasi dalam memprediksi timing ideal, belum tentu mendapatkan volume yang sesuai dengan harapan karena bid atau offer saat pasar bearish cenderung tipis.
“Lantas, bagaimana cara untuk memprediksi akhir dari bear market? salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah mempelajari pergerakan masa lalu. Jika mengacu pada krisis IHSG sejak 2008, pola reversal yang paling sering muncul adalah pola double bottom,” jelasnya dalam riset, Selasa (31/3/2020).
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa level 3.900—4.000 menjadi support IHSG hingga Mei 2020 menurut pendapat Kresna Securities. Pola double bottom biasanya terbentuk selama 2 bulan—3 bulan.
Pada tahap ini, lanjut Etta, IHSG tidak harus menyentuh level terendah sebelumnya. Artinya, kemungkinan untuk naik lebih besar jika membentuk higher-low dibandingkan dengan kemungkinan untuk turun.
“Kami melihat tekanan jual saat ini menjadi basis untuk kembali melakukan positioning jangka panjang,” ujarnya.