Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) seiring dengan rancangan undang-undang stimulus US$2 triliun dapat meningkatkan risiko, dan mengurangi permintaan terhadap mata uang safe haven itu.
Indeks dolar turun 0,81 persen menjadi 101,87. Sterling melonjak 1,33 persen menjadi 1,1913 dolar. Euro menguat 0,91 persen terhadap greenback menjadi 1,0885 dolar.
Saham-saham melonjak untuk hari kedua ketika para senator AS memberikan suara untuk paket legislasi bipartisan guna mengurangi dampak ekonomi yang merusak dari pandemi virus corona. Mereka berharap akan menjadi undang-undang dengan cepat.
Investor juga kemungkinan mengurangi eksposur terhadap dolar menjelang rilis data klaim pengangguran pada Kamis (26/3/2020). Data ini diperkirakan akan menunjukkan lonjakan orang yang mengajukan tunjangan, karena banyak tutup di seluruh negeri dalam upaya mengekang penyebaran virus.
Klaim pengangguran pada Kamis diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar satu juta, dari 281.000 minggu sebelumnya, menurut perkiraan median dari jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.
"Perkembangan hari ini adalah alasan yang baik untuk mengecilkan taruhan bullish pada dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, di Washington. "Tetapi sentimen masih positif (untuk dolar) karena ketidakpastian tetap tinggi tentang kerusakan ekonomi dari virus."
Baca Juga
Gubernur New York pada Rabu (25/3/2020) mengatakan ada tanda-tanda tentatif bahwa pembatasan memperlambat penyebaran virus corona di negara bagiannya. Bahkan ketika krisis kesehatan masyarakat semakin dalam di New Orleans yang terpukul keras dan bagian lain dari Amerika Serikat.
Mata uang tunggal juga didorong setelah majelis rendah Jerman pada Rabu (25/3) menyetujui paket stimulus besar-besaran oleh pemerintah Kanselir Angela Merkel.
Ekonomi Jerman dapat berkontraksi sebanyak 20 persen tahun ini karena dampak dari virus corona, seorang ekonom Ifo mengatakan pada Rabu (25/3/2020), ketika kepercayaan bisnis Jerman jatuh ke level terendah sejak krisis keuangan global pada 2009.
Investor juga terus mencerna pengumuman Federal Reserve yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Senin (23/3/2020) bahwa mereka akan meluncurkan pelonggaran kuantitatif (QE) tanpa batas, dan bagaimana hal itu akan berdampak pada greenback.
“QE pertama kali diperkenalkan kembali pada 2008, dolar pada awalnya melemah tetapi kemudian pulih ke level yang lebih kuat. Kami percaya bahwa dinamika kemungkinan akan terungkap sekarang,” kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman di New York.