Bisnis.com, JAKARTA - Emiten transportasi darat, PT Blue Bird Tbk mencatat penurunan laba bersih sebesar 31,2 persen pada 2019 menjadi Rp314,56 miliar.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perseroan, Kamis (26/3/2020) raihan laba berih Blue Bird lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada 2018 senilai Rp457,3 miliar.
Sementara itu, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 juga terkontraksi sebesar 31,1 persen dari Rp183 per saham pada 2018 menjadi Rp126 per saham pada 2019.
Penurunan laba bersih itu sejalan dengan menyusutnya pendapatan neto BIRD. Pada tahun 2019, BIRD mengantongi pendapatan senilai Rp4,04 triliun atau 4,03 persen lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tahun 2018 senilai Rp4,21 triliun.
Sementara itu beban usaha perseroan tahun 2019 tercatat meningkat 16,45 persen menjadi Rp723,51 miliar.
Emiten bersandi saham BIRD juga mencatatkan kenaikan liabilitas baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Total liabilitas jangka pendek BIRD pada 2019 berada di angka Rp753,51 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 senilai Rp614,98 miliar
Kenaikan terbesar disumbangkan oleh bagian utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun pada 2019 sebesar Rp441,07 miliar, naik 51,4 persen dari catatan tahun 2018 senilai Rp291,18 miliar.
Sementara itu, total liabilitas jangka panjang pada 2019 adalah sebesar Rp1,26 triliun, atau naik dari total pada 2018 sebesar Rp1,07 triliun. Secara keseluruhan, total liabilitas BIRD adalah senilai Rp2,01 triliun, atau naik 19,64 persen dari tahun 2018 sebesar Rp1,68 triliun.
Adapun kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi atau capital expenditure (capex) juga mengalami kenaikan sebesar 33,6 persen dari Rp784,82 miliar pada 2018 menjadi senilai Rp1,04 triliun pada 2019.
Sebelumnya, Michael Tene, Head of Investor Relation BIRD mengatakan pihaknya akan menganggarkan capital expenditure sebesar Rp1,5 triliun pada tahun ini untuk pembelian kendaraan.
"Capex yang kami rencanakan saat ini adalah Rp 1,5 triliun dimana mayoritas adalah untuk pembelian kendaraan. Sumber dananya mix dari kas internal dan bank loan," tuturnya beberapa waktu lalu.