Bisnis.com, JAKARTA – Langkah pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut oleh Bank Indonesia tak mempan membendung kemerosotan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (19/3/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 4.105,42 dengan penurunan tajam 5,20 persen atau 225,25 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (18/3/2020), IHSG ditutup anjlok 2,83 persen atau 126,07 poin di level 4.330,67, koreksi hari ketiga berturut-turut.
Pelemahan indeks kemudian berlanjut pada Kamis (19/3) bahkan aktivitas perdagangan di bursa sempat terhenti selama 30 menit setelah IHSG melemah 5,01 persen ke level 4.113,65 pada pukul 09.37 WIB.
Sepanjang perdagangan, IHSG tertekan di level 4.093,71 – 4.329,62. Level yang dibukukan pada akhir perdagangan hari ini adalah yang terendah sejak September 2013.
Seluruh sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin aneka industri (-6,07 persen), barang konsumen (-5,95 persen), dan industri dasar (-5,92 persen).
Baca Juga
Sementara itu, dari 686 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 46 saham menguat, 378 saham melemah, dan 262 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 7 persen dan 6,69 persen menjadi penekan utama atas pelemahan yang dialami IHSG.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), pada 18-19 Maret 2020, memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50 persen.
BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen. Ini merupakan penurunan kedua dalam triwulan I/2020. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Februari lalu.
Selain itu, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,2 persen hingga 4,6 persen. Proyeksi ini turun dari prakiraan sebelumnya sebesar 5,0 persen hingga 5,4 persen.
Dari catatan Bisnis.com, ini merupakan revisi kedua yang dilakukan BI. Sebelumnya, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,1-5,5 persen menjadi 5,0-5,4 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi ini akan membaik pada 2021 setelah wabah penyakit virus corona (Covid-19) selesai.
"Pasca berakhrnya Covid-19, pada 2021 pertumbuhan diperkirakan kembali meningkat 5,2 sampai 5,6 persen," ujar Perry dalam pemaparan hasil RDG BI.
Bersama IHSG, nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya dan berakhir di level 15.913 dengan pelemahan tajam 690 poin atau 4,53 persen, depresiasi hari ketujuh beruntun sejak perdagangan 11 Maret.
Menurut Perry, pelemahan rupiah terjadi seiring tingginya tekanan ketidakpastian yang dialami investor di seluruh dunia.
"Dow Jones anjlok, premi risiko juga meningkat sangat tinggi. Semua negara menghadapi dampak Covid-19 sehingga investor global melepas asetnya, baik saham maupun SBN [surat berharga negara]," katanya dalam siaran hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia melalui kanal YouTube, Kamis (19/3/2020).
Perry lebih lanjut mengatakan BI meningkatkan intensitas kebijakan triple intervention, baik secara spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN yang dilepas investor dari pasar sekunder.
"Kami pastikan penentuan nilai tukar di pasar broker dan interbank berlangsug convergent. Saya tekankan, BI berada di pasar dari pagi sampai sore hari untuk menjaga confidence dan selalu melakukan langkah-langkah yang diperlukan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Riset Mirae Sekuritas Hariyanto Wijaya melihat IHSG masih dalam tren melemah. Kondisi itu menurutnya akan bertahan hingga Mei 2020.
“Saya memperkirakan tren melemah IHSG akan terus berlanjut sampai dengan Mei 2020,” ujarnya
Hariyanto menjelaskan bahwa IHSG memasuki tren bear market sejak pekan lalu. Kondisi itu dipicu risk off karena meningkatnya kasus COVID-19.
Sebagai informasi tambahan, kasus virus corona Covid-19 di Indonesia meningkat sebanyak 82 kasus per hari Kamis (19/3/2020).
Dengan demikian, total kasus virus corona di Indonesia 309, yang sebelumnya mencapai 277 orang. Selain itu, pasien yang sembuh 15 orang, dan pasien virus corona yang meninggal 25 orang secara kumulatif.
"Investor asing mengalirkan dana keluar dari pasar saham Indonesia sebagai salah satu emerging market. Namun, hal itu tidak hanya terjadi di pasar Indonesia," tambah Hariyanto.
Turut membebani sentimen pasar dalam negeri, rata-rata indeks saham di Asia terbenam di zona merah pada perdagangan hari ini, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran seputar wabah Covid-19.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 1,04 persen ke level 16.552,83, indeks Taiex Taiwan anjlok 5,83 persen ke posisi 8.681,34 dan indeks Kospi Korea Selatan terperosok 8,39 persen ke 1.457,64.
Adapun indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 2,61 persen ke posisi 21.709,13 dan indeks Shanghai Composite China berakhir melorot 0,98 persen menjadi level 2.702,13. Bursa saham di kawasan Asia Tenggara juga tertekan di zona merah.
Pada dasarnya, penurunan bursa saham di Asia mengikuti kemerosotan indeks Dow Jones Industrial Average sebesar lebih dari 1.300 poin atau 6,3 persen pada Rabu (18/3/2020), yang kini telah hampir menghapus seluruh kenaikan yang dicatatkannya sejak Presiden Donald Trump menjabat.
Pada Rabu, Trump menandatangani rancangan undang-undang (RUU) paket bantuan, yang telah disetujui sebelumnya oleh Senat, untuk menjamin cuti sakit dan mendukung para pekerja yang jatuh sakit.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi darurat senilai 750 miliar euro atau US$820 miliar sebagai bagian dari upaya menenangkan pasar dan melindungi ekonomi kawasan euro yang berjuang mengatasi dampak virus corona.
Meski demikian, investor tetap bergulat dengan ketidakpastian tentang seberapa buruknya ekonomi terpukul, berapa banyak laba perusahaan yang akan dihasilkan, dan berapa banyak perusahaan yang bangkrut karena krisis uang tunai (cash crunch).
“Kekacauan ini menciptakan 'cash crunch', yang menempatkan tekanan pada lembaga-lembaga keuangan,” ujar Jackson Wong dari Amber Hill Capital di Hong Kong.
"Itu sebabnya pasar keuangan berkinerja sangat buruk,” sambungnya, dilansir dari Bloomberg.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBCA | -7,00 |
BBRI | -6,69 |
TLKM | -6,76 |
BMRI | -6,99 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
DSSA | +10,49 |
MNCN | +9,94 |
TCPI | +2,74 |
ITIC | +24,80 |
Sumber: Bloomberg