Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Fokus Waskita Karya (WSKT) Susun Kinerja

Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan mengatakan bahwa perseroan telah mendivestasi kepemilikan di dua ruas jalan tol pada 2019, yakni tol Solo-Ngawi dan tol Ngawi-Kertosono dengan nilai transaksi Rp2,4 triliun.
Kendaraan melintas di jalan tol Bogor, Ciawi, Sukabumi (Bocimi) seksi I yang telah beroperasi di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya
Kendaraan melintas di jalan tol Bogor, Ciawi, Sukabumi (Bocimi) seksi I yang telah beroperasi di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk. bakal berfokus pada divestasi kepemilikan di sejumlah ruas jalan tol dan memperlancar arus kas penerimaan pada 2020.

Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan mengatakan bahwa perseroan telah mendivestasi kepemilikan di dua ruas jalan tol pada 2019, yakni tol Solo-Ngawi dan tol Ngawi-Kertosono dengan nilai transaksi Rp2,4 triliun.

“Pelepasan konsesi jalan tol masih menjadi fokus WSKT untuk 2020. Tahun lalu, kami sukses melepas dua ruas, dan tahun ini kami menargetkan pelepasan setidaknya enam ruas tol lagi,” jelasnya melalui siaran pers, Kamis (19/3/2020).

Dia menambahkan saat ini anak usaha di bidang jalan tol, yakni PT Waskita Toll Road masih menyelesaikan pembangunan tujuh dari 16 ruas tol yang hak konsesinya telah dimiliki perseroan. Adapun, tol yang telah beroperasi saat ini mencapai 9 ruas.

Emiten berkode saham WSKT ini akan melepas enam konsesi jalan tol dengan skema pelepasan langsug kepada investor dan skema Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT).

Haris menjelaskan perseroan juga akan berupaya memperlancar arus kas penerimaan pada tahun ini. Perseroan menargetkan pembayaran proyek turnkey pada tahun ini mencapai Rp10 triliun. Sementara itu, pembayaran proyek konstruksi lainnya ditargetkan mencapai Rp18,7 triliun.

Perseroan juga menargetkan akan mengantongi sekitar Rp4,5 triliun dari pengembalian dana talangan tanah. Haris menuturkan, pada akhir bulan perseroan akan mengantongi sedikitnya Rp500 miliar dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Kedua fokus kinerja tersebut diharapkan dapat mendukung upaya perseroan untuk menekan tingkat leverage utang. Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) ditargetkan turun ke kisaran 2,1—2,2 kali.

“Proyeksi kami DER di kisaran 2,4 kali—2,5 kali, tapi kami mau coba untuk turunkan, kita mau maintain di best effort turun ke 2,1—2,2 kalau program kita berjalan dengan baik,” ujarnya.

Pada tahun lalu perseroan membukan laba bersih sebesar Rp938 miliar, turun 76,33 persen secara tahunan. Penurunan laba disebabkan oleh pendapatan yang turun 35,67 persen yang diiringi kenaikan sejumlah beban.

Sepanjang tahun lalu segmen usaha jasa konstruksi dan beton precast masih memberikan kontribusi pendapatan terbesar, masing-masing mencatatkan pendapatan Rp28,6 Triliun dan Rp1,9 Trilun.

Dihubungi terpisah, Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Shastia Hadiarti menjelaskan penurunan pendapatan pada tahun lalu disebabkan melesetnya target perolehan kontrak baru ke 2020.

“Penurunan pendapatan usaha pada 2019 disebabkan oleh adanya beberapa target nilai kontrak baru yang bergeser ke tahun 2020,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (19/3/2020).

Dia mencontohkan beberapa proyek infrastruktur seperti jalan tol senilai Rp14 triliun bergeser dan masih dalam proses tender hingga saat ini. Perseroan menargetkan kontrak karya proyek tersebut dapat diperoleh pada 2020.

Shastia menuturkan penurunan pendapatan juga disebabkan oleh banyaknya perolehan kontrak yang baru masuk pada kuartal/IV 2019. Hal ini menyebabkan pendapatan usaha dari proyek itu belum terbukukan dengan optimal pada laporan kinerja 2019.

Pada tahun lalu, perolehan nilai kontrak baru Waskita Karya mencapai Rp26 Triliun. Sebanyak 34,7 persen berasal dari proyek pengembangan bisnis, 46,1 persen dari proyek BUMN, dan sisanya dari proyek pemerintah dan swasta.

Shastia mengatkaanbahwa perseroan tahun ini membidikan nilai kontrak baru senilai Rp45—Rp50 triliun, dan pendapatan usaha sebesar Rp40—Rp50 triliun. Perseroan juga masih akan berfokus pada pasar di dalam negeri.

Pangsa pasar dari luar negeri belum menjadi fokus perseroan pada tahun ini. Namun, Waskita Karya menargetkan sedikitnya 10 persen dari total kontrak baru merupakan kontrak luar negeri.

Salah satu tender yang diikuti oleh perseroan adalah proyek infrastruktur jalur kereta api di Filipina. Namun, Haris Gunawan sebelumnya menyatakan proyek ini kemungkinan tertunda lantara penyebaran virus corona.

Kendati demikian, Shastia tetap menyatakan perseroan optimistis dapat mencapai target yang ditetapkan. Perseroan juga akan mengikuti perkembangan situasi global dalam menjalankan operasional bisnis pada tahun ini.


KINERJA KEUANGAN

Laba bersih PT Waskita Karya (Persero) Tbk. ambles 76,33 persen menjadi tinggal Rp938,14 miliar pada 2019. Penurunan pendapatan dan kenaikan beban keuangan menjadi pemicu penurunan laba bersih Waskita Karya secara signifikan.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan 2019, pendapatan Waskita Karya turun 35,67 persen menjadi Rp31,87 triliun. Beban pokok juga turun 35,42 persen menjadi Rp25,78 triliun sehingga laba kotor perseroan mencapai Rp5,6 triliun, juga turun 36,76 persen.

Sementara itu, pos beban keuangan dan kerugian dari entitas asosiasi menjadi penggerus laba Waskita Karya. Per Desember 2019, beban keuangan naik 47,22 persen menjadi Rp3,62 triliun.

Beban keuangan meningkat kendati secara umum liabilitas Waskita Karya 2,13 persen menjadi Rp93,47 triliun. Namun, liabilitas jangka panjang melonjak 25,17 persen menjadi Rp48,44 triliun, dipicu kenaikan utang bank, utang lembaga keuangan non bank, dan utang obligasi jangka panjang.

Di sisi lain, emiten bersandi saham WSKT itu mencatat penurunan saldo kas dan setara kas pada akhir tahun. Saldo ini turun 14,64 persen secara tahunan menjadi Rp9,25 triliun per akhir 2019.

Penurunan kas disebabkan oleh penurunan aktivitas pendanaan perseroan pada tahun lalu. Kas bersih diperoleh dari aktivitas pendanaan tercatat menurun 77,99 persen menjadi Rp4,33 triliun.

Meski pendanaan melandai, total kas bersih untuk aktivitas investasi perseroan pada tahun lalu tetap tinggi, yakni Rp14,92 triliun. Namun, dibandingkan dengan investasi atau belanja modal pada tahun sebelumnya, terjadi penurunan 20,48 persen.

Sementara itu, kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi mencapai Rp9,01 triliun, naik 124,71 persen dari capaian pada tahun sebelumnya. Kenaikan kas dari aktivitas operasi, rendahnya aktivitas pendanaan, dan aktivitas investasi yang masih tinggi membuat saldo kas perseroan pada akhir tahun menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper