Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten PT Nara Hotel International menunda proses penawaran umum saham perdana sampai Juni 2020.
Komisaris Independen Nara Hotel internasional, Hamdi Hassyarbaini menyebutkan perseroan bakal menunda pelaksanaan initial public offering (IPO). Penundaan dilakukan karena melihat kondisi pasar modal yang sedang bergejolak.
Sebagai informasi, OJK memberikan batas waktu penawaaran umum Nara Hotel sampai dengan 20 Maret 2020.
“Kondisi pasar sedang seperti ini, jadi kami memutuskan untuk menunda [IPO],” katanya kepada Bisnis.com pada Kamis (19/3).
Hamdi menambahkan perseroan menargetkan bisa melakukan penawaran umum pada Juni 2020 ketika pasar kembali kondusif.
Selain itu, Nara Hotel juga akan mengurangi target dana yang akan dihimpun. Namun, Hamdi belum mau membeberkan target baru yang diincar.
Baca Juga
Sebelumnya, perseroan mengincar dana segar sebanyak Rp202 miliar dengan melepas 2 miliar saham atau 35 persen dari modal yang ditempatkan.
Nara Hotel juga berniat untuk menerbitkan waran seri I sebanyak 2,8 miliar dengan harga pelaksanaan Rp200.
“Kemungkinan ukuran [target dana] akan dikurangi mengingat kondisi bisnis sedang tidak kondusif,” sebutnya.
Hamdi menambahkan perseroan sedang mengubah taktik bisnis supaya tidak terpapar dengan efek domino yang ditimbulkan oleh virus korona.
Nara Hotel juga akan mengganti pelaksana emisi efek yang sebelumnya diberikan kepada PT Magenta Kapital Sekuritas Indonesia. Pasalnya, status wali amanat kini tengah dibekukan oleh Bursa Efek Indonesia.
Direktur BEI Kristian Manullang menyampaikan bahwa modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) Magenta Kapital Sekuritas Indonesia per 18 Maret 2020 tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan.
Sebelumnya, Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan belum ada emisi efek yang mengonfirmasi akan menunda atau membatalkan pencatatan.
Saat ini terdapat 23 emisi efek yang berada di pipeline BEI. 12 diantaranya berskala besar, 7 termasuk menengah dan 4 sisanya kecil.
Dari situ, 7 calon emiten berada di sektor perdagangan, 2 sektor finansial, 5 properti, 3 industri dasar,2 sektor perkebunan, 2 sektor konsumer dan sisanya infratruktur dan industri lain.