Bisnis.com, JAKARTA - Langkah memutus rantai penyebaran virus corona atau covid-19 dan kecepatan pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 dinilai menjadi kunci agar nilai tukar rupiah kembali menguat.
Ekonom CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan penurunan nilai tukar rupiah saat ini lebih didorong oleh psikologis pasar yang terganggu akibat sentimen penyebaran virus corona atau covid-19. Pasar khawatir penyebaran akan semakin meluas dan akan menekan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
“Kalau pengawasan tidak serius dan kurang cepat, bisa berdampak terhadap psikologis pasar lebih besar untuk menghindari rupiah, jadi rupiah juga bisa melemah lebih dalam lagi. Kuncinya di menanggulangi penyebaran virus corona,” jelas Faisal saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (17/3/2020) rupiah parkir di level Rp15.173 per dolar AS, melemah 1,58 persen atau 240 poin. Level tersebut merupakan level terendah rupiah sejak November 2018, ketika panasnya hubungan AS dan China mencapai puncak.
Adapun, koreksi hari ini menjadi kinerja harian terburuk di antara mata uang Asia lainnya. Dari posisi akhir pada 31 Desember 2019 di level Rp13.866 per dolar AS, rupiah telah terdepresiasi hingga 9,43 persen, juga menjadi kinerja terburuk di antara rekan mata uang Asia lainnya.
Padahal, pada awal tahun rupiah berhasil mencatatkan kinerja yang baik menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar melawan dolar AS pada Januari. Bahkan, pada awal tahun rupiah juga berhasil stabil bergerak di kisaran Rp13.000 per dolar AS.
Baca Juga
Faisal menjelaskan bahwa penurunan rupiah dapat berdampak signifikan dan cukup mengkhawatirkan bagi ekonomi dalam negeri karena terjadi di saat ekonomi dalam tekanan luar biasa dari global, yang bisa menciptakan efek bola salju, misalnya
Dia menggambarkan, depresiasi rupiah akan berdampak pada pembayaran utang yang berdenominasi dolar AS, baik utang pemerintah maupun swasta membengkak. Selain itu, operasional pelaku usaha yang bergantung pada impor dan jasa luar negeri akan semakin meningkat. Oleh karena itu, jika volatilitas rupiah tidak dapat diatasi secepat mungkin akan berbahaya dan potensi rupiah menuju ke level Rp16.000 per dolar AS pun semakin terbuka lebar.
Senada, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pandemi yang semakin meluas dan penanganan oleh pemerintah tidak sesuai ekspektasi pasar dapat mendorong rupiah menyentuh level Rp16.000 per dolar AS.
“Dalam perdagangan besok rupiah masih akan melemah yang kemungkinan ditransaksikan di level Rp15.140 per dolar AS hingga Rp15.350 per dolar AS,” ujar Ibrahim saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan potensi rupiah untuk berbalik menguat masih terbuka seiring dengan kenaikan indeks Nikkei dan S&P Futures yang bergerak positif.
“Rupiah masih berpotensi tertekan karena kekhawatiran penyebaran corona, tetapi sentimen stimulus AS bisa membantu menahan pelemahan rupiah, karena mampu mengangkat sentimen sebagian pelaku pasar,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Untuk diketahui, saat ini Pemerintah AS masih bernegosiasi dengan Senat untuk menggelontorkan paket stimulus yang lebih besar. Bank Sentral Australia juga mempersiapkan stimulus moneter lanjutan dan Pemerintah Selandia Baru juga merilis stimulus 12,1 miliar dolar New Zealand pagi ini.
Selain itu, Bank Indonesia juga dijadwalkan untuk bertemu dalam Rapat Dewan Gubernur pada 19 Maret 2020. Berdasarkan jajak pendapat ekonom yang dilakukan oleh Bloomberg, Bank Indonesia diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.