Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Telan Bursa Jepang ke Level Terendah Sejak 2016

Aksi jual besar-besaran terus menelan bursa saham Jepang pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Jumat (13/3/2020), saat investor berspekulasi seputar skala dan dampak langkah-langkah pemerintah dan bank sentral untuk melawan wabah penyakit virus Corona (Covid-19).
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual besar-besaran terus menelan bursa saham Jepang pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Jumat (13/3/2020), saat investor berspekulasi seputar skala dan dampak langkah-langkah pemerintah dan bank sentral untuk melawan wabah penyakit virus Corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir di level 1.261,70 dengan penurunan tajam 4,98 persen atau 66,18 poin dari level 1.327,88 pada perdagangan Kamis (12/3/2020) yang anjlok 4,13 persen.

Sebanyak 61 saham menguat, 2.092 saham melemah, dan 3 saham stagnan dari 2.156 saham yang diperdagangkan pada Topix pada Jumat.

Saham Toyota Motor Corp. dan Takeda Pharmaceutical Co. Ltd. yang turun 3,57 persen dan 7,95 persen masing-masing menjadi penekan utamanya.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup di level 17.431,05 dengan kemerosotan 6,08 persen atau 1.128,58 poin dari level 18.559,63 pada Kamis.

Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei pada Jumat, hanya 2 saham yang menguat sedangkan 223 saham lainnya melemah.

Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang turun 5,36 persen menjadi penekan utama Nikkei, bersama dengan saham KDDI Corp. yang melorot 9,47 persen. Baik indeks Nikkei 225 dan Topix telah merosot lebih dari 26 persen sepanjang tahun ini ke level terendahnya sejak 2016.

Bank sentral Jepang (Bank of Japan) menawarkan untuk membeli obligasi senilai 200 miliar yen (US$1,9 miliar) obligasi dalam operasi yang tidak dijadwalkan.

Bank sentral Amerika Serikat Federal sebelumnya telah meningkatkan jumlah uang tunai yang dipersiapkan untuk disuntikkan ke dalam pasar pendanaan selama bulan berikutnya dan menjanjikan total kumulatif melebihi US$5 triliun.

“Orang-orang mungkin berpikir akan ada semacam langkah-langkah kebijakan untuk mendukung pasar di atas yang sudah diumumkan,” ujar Tomoichiro Kubota, senior market analyst di Matsui Securities, Tokyo.

“Tapi rasanya tren penurunan jangka menengah tak akan berubah. Pasar kemungkinan akan tetap sangat fluktuatif,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper