Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Level Psikologis, Berpotensi Sentuh Rp15.000

Nilai tukar rupiah hari ini menjadi yang terendah sejak Mei 2019.
Petugas menunjukkan uang palsu yang akan dimunaskan di Jakarta, Rabu (26/2/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Petugas menunjukkan uang palsu yang akan dimunaskan di Jakarta, Rabu (26/2/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup melemah 1 persen dan menembus level psikologis Rp14.500 per dolar AS seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (12/3/2020) rupiah parkir di level Rp14.552 per dolar AS, melemah 1,019 persen atau 148 poin. Ini merupakan  menjadi level terendah rupiah sejak Mei 2019. Sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah telah terkoreksi hingga 4,51 persen.

Jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, rupiah berada di posisi tiga terbawah kinerja harian mata uang terburuk, tepat di bawah peso yang melemah 1,05 persen dan won yang melemah 1,051 persen.

Pelemahan rupiah bersamaan dengan kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjun 5,01 persen ke level 4.895.Ini merupakan level terendah IHSG sejak Juli 2016. Koreksi tersebut membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (trading halt) 30 menit sebelum waktu penutupan. 

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa penyebaran virus corona menjadi katalis negatif bagi aset-aset berisiko, mulai dari mata uang pasar berkembang, komoditas berjangka, hingga indeks di seluruh negara.

“Semua aset berisiko jadi terpukul sekali, termasuk rupiah,walaupun berbagai negara telah menggelontorkan banyak stimulus tapi tampaknya belum mampu membendung kekhawatiran pasar terhadap sentimen itu sehingga pasar tetap lesu,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/3/2020).

Bahkan, pada perdagangan kali ini, dolar AS yang lemah dan harga minyak juga cukup murah. Namun, dua hal itu yang seharusnya bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah justru  tidak dapat membantu penguatan mata uang garuda.

Yudi memperkirakan, bukan tidak mungkin rupiah bisa menyentuh level Rp15.000 melihat sentimen negatif yang ada. Terlebih, rupiah juga sudah menembus level psikologis Rp14.500 per dolar AS. 

Salah satu obat yang ampuh untuk membantu rupiah menguat, lanjut dia, adalah bagaimana Indonesia dapat menahan dan membatasi penyebaran virus corona atau covid-19 di dalam negeri agar ekonomi tidak berdampak signifikan terhadap sentimen itu.

“Penanganan virus corona agar kasus tidak bertambah dan korban semakin berkurang adalah salah satu modal kuat bagi rupiah untuk membendung pelemahan dari sentimen global,” jelas dia.

Yudi memperkirakan pada perdagangan Jumat (13/2/2020), rupiah  masih bergerak melemah dengan bergerak di kisaran Rp14.320 per dolar AS hingga Rp14.750 per dolar AS.

Sementar itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pasar saat ini menanti untuk melihat seberapa agresif Bank Sentral Eropa bertindak pada pertemuannya pada Kamis (12/3/2020) waktu setempat dan mengharapkan penurunan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin. Dia memperkirakan rupiah masih melemah dan bergerak di kisaran level Rp14.500 hingga Rp14.550 per dolar AS.

“Walaupun sesungguhnya itu tidak menjadi sebuah kepastian karena suku bunga sudah pada rekor rendah -0,5 persen dan pemotongan lebih lanjut dapat merusak margin bank dan menekan pinjaman,” ujar Ibrahim ,melalui keterangan tertulis, Kamis (12/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper