Bisnis.com, JAKARTA - Hasil lelang sukuk yang digelar Selasa (10/3/2020) lalu dinilai analis menjadi indikasi pasar suku dalam negeri semakin stabil.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin menghasilkan total penawaran sebesar Rp36,73 triliun. Jumlah penawaran tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan dua lelang sebelumnya yang mencapai lebih dari Rp60 triliun.
Analis Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai rata-rata imbal hasil yang dimenangkan dalam lelang kemarin masih tidak terpaut jauh dengan lelang yang digelar 25 Februari 2020.
Dia menambahkan, kurva imbal hasil memang cenderung bearish karena ada kenaikan imbal hasil 17 basis poin pada yield obligasi tenor dua tahun. Selain itu, imbal hasil untuk tenor sepuluh tahun juga naik 31 bps.
“[Kurva ini terjadi] karena adanya risiko sentimen dari perang harga minyak dan ketakutan Covid-19,” ujarnya, Rabu (11/3/2020).
Lebih lanjut Handy mengatakan, aliran dana asing di pasar sukuk memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan aliran modal asing di pasar obligasi pemerintah.
Baca Juga
Berdasarkan data 6 Maret lalu, investor asing tercatat terus melakukan pembelian bersih atau net buy sukuk dengan nilai mencapai Rp9,3 triliun,. Angka tersebut merupakan net buy terbesar untuk pasar sukuk.
“Di sisi lain pada obligasi konvensional, investor asing malah menjadi net sell terbesar, mencapai Rp38,9 triliun secara year to date,” tambahnya.
Sementara itu di pasar sukuk, Bank Indonesia tercatat sebagai net seller terbesar dengan total Rp4,9 triliun, tanpa termasuk sukuk yang jatuh tempo. Sementara itu. pada obligasi konvensional, BI adalah pembeli bersih terbesar (net buyer) dengan total Rp97,6 triliun dalam periode tahun berjalan