Bisnis.com, JAKARTA – Turunnya angka penawaran investor pada lelang Sukuk Negara hari ini menandakan turunnya minat investor seiring dengan ketidakpastian global yang masih tinggi.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto, mengatakan turunnya total penawaran pada lelang hari ini disebabkan oleh kondisi pasar obligasi yang kurang stabil.
Selain karena virus corona, gejolak di pasar saham Indonesia yang terjadi beberapa waktu ini juga ikut menggoyahkan keyakinan investor untuk masuk ke pasar obligasi.
“Pada pasar sekunder obligasi, pelemahan juga terlihat. Meskipun saat ini sudah menunjukkan sedikit penguatan, tekanan-tekanan dari wabah virus corona dan ketidakpastian pasar masih membayangi obligasi Indonesia,” katanya saat dihubungi pada Selasa (10/3/2020).
Hal tersebut, lanjutnya, mengakibatkan banyak investor asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia. Di sisi lain, investor domestik saat ini juga tengah menganut strategi wait and see akibat dari ketidakpastian yang masih terjadi. Akibatnya, jumlah penawaran lelang sukuk pada hari ini pun ikut turun.
Kendati hasil penawaran tidak setinggi lelang-lelang sebelumnya, Ramdhan memandang catatan ini terbilang masih cukup baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Baca Juga
Ia menjelaskan, memasuki bulan Maret, angka penawaran lelang obligasi konvensional maupun sukuk memang menunjukkan tren penurunan.
Berdasarkan data dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, pada 2019 lalu, pemerintah menyelenggarakan dua lelang Sukuk Negara pada 5 Maret dan 19 Maret.
Pada lelang 5 Maret 2019, pemerintah mengumpulkan angka penawaran sebesar Rp23,17 triliun. Sementara pada 19 Maret, jumlah ini sedikit meningkat menjadi Rp29,69 triliun.
Pada tahun 2018, pemerintah juga melakukan dua kali lelang Sukuk Negara, pada 6 Maret dan 20 Maret. Hasilnya, penawaran yang masuk pada lelang 6 Maret 2018 hanya sebesar Rp8,61 triliun, sedangkan pada 20 Maret 2018 sebanyak Rp13,06 triliun.
“Meskipun hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil lelang sukuk 25 Februari lalu yang menembus Rp60 triliun, angka ini masih terbilang bagus. Ini menandakan likuiditas pasar obligasi Indonesia masih cukup baik sehingga masih ada investor yang tertarik membeli sukuk Indonesia,” katanya.
Secara terpisah, Associate Direktur of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus, mengatakan penurunan angka penawaran ini menandakan turunnya minat investor terhadap obligasi ini. Turunnya minat ini dirasakan baik pada investor asing maupun domestik.
Menurutnya, hal ini didorong oleh serangkaian tekanan pasar yang cukup besar. Salah satu sentimennya adalah indeks saham yang anjlok dalam beberapa waktu belakangan. Hal tersebut juga ditambah dengan wabah virus corona yang tak kunjung usai serta perang harga minyak dunia.
Ketidakpastian yang semakin tinggi tersebut membuat para investor lebih memilih untuk wait and see dibandingkan masuk ke pasar obligasi Indonesia.
Nico menambahkan, saat ini investor lebih memilih untuk memegang aset-aset safe haven seperti emas karena tingkat ketidakpastiannya yang masih terjaga.
"Obligasi atau sukuk Indonesia saat ini tengah ditinggalkan investor, karena kita adalah negara emerging market, maka obligasi Indonesia tingkat ketidakpastiannya juga tinggi," pungkasnya.
Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri Permana mengatakan turunnya minat investor pada penawaran sukuk kali ini kemungkinan besar disebabkan oleh investor yang lebih memilih aset safe haven.
“Saya lihat domestik hari ini masih jaga-jaga karena risiko coronanya masih sangat tinggi, ditambah risiko nilai tukar terutama rupiah yang anjloknya cukup besar terutama di dua hari terakhir,” katanya.
Di sisi lain, Fikri menilai saat ini minat investor akan lebih tinggi pada jenis surat utang bertenor pendek di bawah 5 tahun. Pasalnya ada ketakutan mengenai kemungkinan resesi dimulai pada bulan ini.
“Ini seiring ketakutan orang akan harga minyak yang jatuhnya bisa lebih dari 25 persen sehari. Kemaren kan juga semua bursa Amrik anjlok di atas 7 persen. Makanya ketakutannya makin tinggi,” tambahnya.
HASIL LELANG
Hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilakukan pada hari ini menghasilkan total penawaran sebesar Rp36,73 triliun.
Dari total penawaran tersebut, pemerintah memenangkan penawaran sebesar Rp7 triliun. Jumlah tersebut sesuai dengan target indikatif yang dipatok pemerintah pada pelelangan ini.
Namun, jumlah tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan total penawaran pada lelang sukuk sebelumnya. Pada 25 Februari lalu, pemerintah mendapatkan penawaran senilai Rp60,54 triliun.
Berdasarkan data dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (10/3/2020), Seri SPN-S 11092020 yang jatuh tempo pada 11 September 2020 mendapat penawaran terbanyak yakni Rp10,781 triliun. Adapun jumlah nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang seri ini adalah Rp1,0 triliun dengan imbal hasil (yield) rata-rata 3,00 persen.
Sementara itu, Sukuk Negara seri PBS005 menjadi jenis yang paling banyak dimenangkan pada lelang kali ini. Jumlah penawaran seri PBS005 mencapai Rp7,72 triliun yang akan jatuh tempo pada 15 April 2043. Dari total penawaran tersebut, Rp4,05 triliun diantranya dimenangkan oleh pemerintah dengan yield 7,57 persen.
Sementara itu, Sukuk Negara Seri PBS026 mendapat penawaran sebesar Rp8,66 triliun dari investor. Seri akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2024 ini dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp550 miliar dengan imbal hasil rata-rata 5,70 persen.
Selanjutnya, seri PBS002 yang mendapatkan total penawaran Rp9,561 triliun dimenangkan pemerintah sebesar Rp2,4 triliun dengan rerata imbal hasil 4,97 persen. SUN seri ini akan jatuh tempo pada 15 Januari 2022.