Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah akhirnya menguat setelah mengalami pelemahan tiga hari berturut-turut. Meskipun demikian, rupiah diprediksi masih belum dalam posisi aman..
Pada penutupan perdagangan Selasa (10/3/2020), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 0,3 persen. Sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin (9/3/2020) rupiah parkir di level Rp14.393 per dolar AS, melemah 1,04 persen atau terkoreksi 150 poin.
Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri Permana menilai seharusnya Indonesia diuntungkan dengan turunnya harga minyak, karena seharusnya defisit perdagangan ikut turun. Namun, di saat yang sama ketergantungan Indonesia terhadap kondisi ekonomi global juga besar.
“SUN kita 38 persen dipegang asing, di saat yang sama market cap dari saham juga berasal dari asing. Sehingga saat ada goncangan rupiah pasti terlihat di mata asing dia punya return yang negatif. Itu yang jadi ketakutan mereka,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (10/3/2020)
Meskipun demikian, kata Fikri, intervensi yang dilakukan Bank Indonesia terbilang bagus, baik lewat surat berharga negara di non-deliverable forward maupun lewat spot market untuk rupiah.
Selain itu, rencana pemerintah menggelontorkan Rp10,3 triliun juga menjadi salah satu katalis positif yang dapat menopang penguatan rupiah. Dia menambahkan saat ini investor juga menanti Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sebagai gerbang untuk kemudahan investasi.
Baca Juga
Secara fundamental Fikri mengatakan rupiah sebenarnya tak memiliki masalah berarti, tapi masih akan terpengaruh berbagai sentimen yang ada saat ini. Adapun Fikri memproyeksikan hingga akhir pekan ini rupiah akan bergerak dengan volatilitas besar yakni antara 14.150 – 14.450.