Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Anak BUMN: Cara IPCC dan IPCM Tingkatkan Kinerja

Kerja sama dengan pabrikan otomotif dan perluasan pasar menjadi upaya yang tengah didorong kedua perusahaan
Petugas mengatur alur mobil-mobil yang siap diekspor di Dermaga PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas mengatur alur mobil-mobil yang siap diekspor di Dermaga PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah strategi dilakukan oleh dua anak usaha PT Pelindo II (IPC), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) di tengah penurunan nilai saham. Kerja sama dengan pabrikan otomotif dan perluasan pasar menjadi upaya yang tengah didorong.

Menurut Investor Relation Indonesia Kendaraan Terminal Sofyan Gumelar, salah satu upaya yang akan ditempuh perusahaan adalah melakukan kerja sama dengan shipping line untuk layanan bongkar muat.

Sebelumnya, pihaknya sudah resmi melayani penuh seluruh kargo Kapal Hoegh Autoliners sebagai perusahaan bongkar muat.

Selain itu, perusahaan juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama dengan sejumlah produsen otomotif di Indonesia dalam layanan handling. Saat ini, lanjut Sofyan, perseroan tengah membahas kemungkinan kolaborasi dengan sejumlah pabrikan diantaranya Wuling dan Hyundai.

Ia mengatakan, pihaknya juga terus melakukan mediasi serta komunikasi kepada investor terkait upaya-upaya manajemen untuk meningkatkan fundamental perusahaan. Hal ini agar para investor IPCC tidak panik dengan kondisi yang saat ini tengah terjadi.

“Strategi tersebut kami yakini dapat mendongkrak kinerja pendapatan perusahaan. Selain itu,kami juga akan melakukan percepatan dan penyelesaian kolektabilitas piutang,” ungkapnya saat dihubungi pada Rabu (4/3/2020).

Secara terpisah, Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Chiefy Adi Kusmargono mengatakan pihaknya akan terus menjalankan strategi perluasan pasar di sektor terminal khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

Upaya ini dinilai efektif untuk mengantisipasi penurunan pendapatan yang terjadi akibat penyebaran virus corona yang akan menghambat arus barang.

Ia mengatakan, peruntukan terminal khusus dan TUKS yang diperuntukkan pada pembangkit energi akan menjadi sasaran pihaknya.

Pasalnya, hal ini akan menambah pendapatan berulang (recurring income) perseroan dan pada akhirnya menjadikannya penerimaan berkelanjutan.

“Saat ini komposisi pasar kami di luar induk usaha sudah mencapai 10 persen dan didominasi kegiatan ship to ship,” katanya.

Sebelumnya, IPCM telah melakukan kerja sama dengan PT Nusantara Regas terkait pengelolaan operasi pelayanan jasa kapal LNG pihak ketiga.

Selain itu, IPCM juga bertanggung jawab atas kapal LNG yang dikelola PT Nusantara Regas di terminal khusus yang berada di wilayah perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Chiefy menargetkan dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang, perseroan sudah akan memiliki sekitar 25 persen pangsa pasar dari sektor usaha ini.

Saat ini, pihaknya tengah mengincar lokasi terminal khusus dan TUKS di sejumlah wilayah seperti Sumatera, Banten, Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

“Selain itu, kami juga akan melakukan efektivitas anggaran yang tidak terlalu berkaitan dengan lini usaha perusahaan,” tambahnya.

Hingga kuartal III/2019 pendapatan perusahaan berada di angka Rp491,68 miliar, lebih rendah 9,9 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun lalu senilai Rp545,8 miliar.

Sementara itu, beban pokok pendapatan pada periode tersebut tercatat senilai Rp349.49 miliar, lebih rendah 4,62 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp366,4 miliar.

Dari situ, IPCM mengantongi laba kotor senilai Rp142,21 miliar, terkoreksi 20,73 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp179,4 miliar.

Laba bersih tahun berjalan IPCM tercatat senilai Rp68,82 miliar, lebih rendah 1,31 persen dibandingkan laba bersih per kuartal III/2018 senilai Rp69,74 miliar.

Sementara itu, IPCC mencatatkan penurunan pendapatan 6,32 persen dari Rp383,8 miliar per kuartal III/2018 menjadi Rp359,51 miliar per kuartal III/2019.

Pendapatan operasi itu berasal dari pelayanan jasa terminal Rp333,07 miliar, pelayanan jasa barang Rp21,21 miliar, pelayanan rupa-rupa usaha Rp2,92 miliar, serta pengusahaan tanah, bangunan, air dan listrik Rp2,3 miliar.

Di sisi lain, beban pokok perseroan pada 9 bulan pertama 2019 tercatat senilai Rp193,88 miliar. Realisasi tersebut meningkat 19,04 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp162,86 miliar.

Dari hasil tersebut, perseroan mencatatkan perolehan laba kotor senilai Rp165,63 miliar, merosot 25,03 persen dibandingkan perolehan laba kotor 9 bulan pertama tahun lalu senilai Rp220,93 miliar.

Sementara itu, laba tahun berjalan IPCC per September 2019 tercatat senilai Rp111,32 miliar, atau turun 24,08 persen dibandingkan dengan laba tahun berjalan per September 2018 yang tercatat senilai Rp146,63 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper