Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung mencatat kenaikan terbesar dalam lebih dari 4 tahun setelah tertekan selama 7 hari perdagangan beruntun sebelumnya.
Meski demikian, nilai tukar rupiah gagal memperpanjang penguatannya dan berakhir terdepresiasi seiring dengan rebound indeks dolar AS.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (3/3/2020):
Pemerintah Siapkan Stimulus Lanjutan Lawan Virus Corona, IHSG Melonjak
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 2,94 persen atau 157,38 poin ke level 5.518,63.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing naik 3,95 persen dan 5,23 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Baca Juga
Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya, pengumuman stimulus baru dari pemerintah akan memberi hal positif untuk pasar saham.
“Pengumuman stimulus baru dari pemerintah akan baik untuk pasar saham karena akan membantu pengeluaran oleh kelas menengah, tetapi kita perlu melihat perincian lebih lanjut,” ujar Hariyanto, dikutip dari Bloomberg.
Antisipasi Virus Corona, Pemerintah Siapkan Stimulus Kedua
Pemerintah sedang menyiapkan stimulus kedua sebagai antisipasi merebaknya virus corona yang berdampak pada pasokan barang dan stabilisasi harga.
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono mengatakan stimulus kedua yang terdiri dari beberapa kebijakan itu nantinya akan difokuskan pada distribusi barang terutama untuk mendorong ekspor maupun impor.
“Nah, tadi diminta pak Mendag [Menteri Perdagangan] beberapa kebijakan pemerintah untuk antisipasi dan penanganan dampak Covid-19,” ujarnya dalam konferensi pers, di hotel Borobudur, Senin (3/3/2020).
Bursa Global Naik Jelang Telekonferensi G7 Soal Virus Corona
Pasar saham global mampu menguat menjelang berlangsungnya telekonferensi (teleconference call) antara para menteri keuangan negara-negara G7 untuk merespons wabah penyakit virus corona (Covid-19).
Dilansir Bloomberg, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan The Fed “harus mengurangi dan memotong suku bunga secara signifikan” setelah Australia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Selasa (3/3/2020).
Pada akhir perdagangan Senin (2/3), indeks S&P 500 mampu mencatat lonjakan tertinggisejak Desember 2018, didorong optimisme investor bahwa otoritas negara-negara di dunia akan melancarkan tindakan untuk mengimbangi dampak dari wabah penyakit virus corona.
Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya dan berakhir terdepresiasi 18 poin atau 0,13 persen di level Rp14.283 per dolar AS, setelah mampu ditutup menguat 53 poin di posisi 14.265 pada Senin (2/3/2020).
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menanjak 0,29 persen atau 0,284 poin ke level 97,644, setelah berakhir melemah 0,79 persen atau 0,772 poin di posisi 97,360 pada Senin.
Ahli Strategi Credit Agricole SA Prancis Guillaume Tresca mengatakan bahwa aset berisiko seperti mata uang pasar berkembang akan memanfaatkan momentum kembali menguatnya minat investor terhadap aset-aset risiko.
“Mata uang risiko yang memiliki imbal hasil tinggi untuk obligasinya pasti akan mendapatkan maanfaat dari sentimen risk-on ini,” ujar Guillaume seperti dikutip dari Bloomberg.
Pasar Saham Loyo, Asosiasi Emiten Indonesia Desak Pemerintah Bersikap
Asosiasi Emiten Indonesia mendesak pemerintah untuk menjaga kepercayaan investor di pasar saham seiring pelarian modal yang meningkat sejak awal tahun. Pemerintah diminta memberikan respon untuk mencerminkan iklim investasi di Indonesia masih aman.
Sebagaimana diketahui, selama tahun berjalan investor asing melarikan modal yang tercermin dari jumlah net sell sebesar Rpp5,25 triliun. Investor asing berkontribusi sebesar 39 persen atau 110 triliun dari total perdagangan Rp275 triliun selama tahun tikus logam.
Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Franciscus Welirang meminta pemerintah agar menunjukkan sikap terkait iklim investasi, khususnya terhadap perkembangan pasar modal. Dia mengimbuhkan, pernyataan Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia pada Senin (2/3/2020) saja tidak cukup
Harga emas Comex untuk kontrak April 2020 terpantau naik 2,60 poin atau 0,16 persen ke level US$1.597,40 per troy ounce pukul 15.51 WIB, setelah melonjak 1,79 persen dan ditutup di level 1.594,80 pada Senin (2/3/2020).
Analis Monex Investindo Futures Andian dalam publikasi risetnya mengatakan bahwa penguatan emas didukung oleh laporan indeks PMI manufaktur dan non-manufaktur China yang dirilis lebih rendah daripada ekspektasi pasar.
Rilis itu meningkatkan kembali minat investor terhadap aset investasi aman karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global di tengah penyebaran virus corona atau covid-19 yang semakin meluas.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta bertambah Rp5.000 ke level Rp815.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas ikut naik Rp5.000 menjadi Rp737.000 per gram dari harga pada Senin (2/3).