Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra Graphia Tbk. membukukan laba bersih sebesar Rp250,99 miliar pada 2019, menyusut sekitar 7,18 persen dibandingkan torehan laba pada tahun sebelumnya.
Pada 2018, perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp 270,4 miliar. Dengan demikian, laba pada tahun lalu menyusut sekitar Rp 19,41 miliar. Salah satu penyebab menurunnya laba bersih ini adalah kenaikan beban pokok yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada 2019, emiten berkode saham ASGR ini membukukan pendapatan sebesar Rp4,77 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 17,24 persen dibandingkan pendapatan perseroan pada 2018 sebesar Rp4,07 triliun.
Berdasarkan keterangan resminya, perseroan menjelaskan bahwa kenaikan pendapatan ini didukung oleh bisnis solusi dokumen dan solusi perkantoran. Masing-masing lini bisnis itu meningkat sekitar 7 persen dan 58 persen secara tahunan.
Dari bisnis inti (solusi dokumen), pertumbuhan signifikan dicapai oleh portofolio perangkat multifungsi digital Fuji Xerox (EDS/ Enterprise Document Solution). Penetrasi pasar yang agresif terhadap untapped market dan competitor market membuat instalasi mesin EDS mencapai pertumbuhan double digit.
Sementara itu, dari bisnis entitas anak, PT Astragraphia Xprins Indonesia (AXI) dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan bisnis AXIQoe diatas 50 persen dari tahun sebelumnya. Online printing platform milik AXI, yaitu PrintQoe, juga mencatatkan pertumbuhan transaksi.
Adapun, PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) diklaim mampu mempertahankan kestabilan pendapatan dari kategori Services. Selain itu, Own Solution berhasil melakukan penetrasi di seluruh provinsi di Pulau Jawa.
“Pada 2019, Astragraphia memperluas lini produk guna mendorong pertumbuhan bisnis solusi dokumen Astragraphia dari industri cetak komersial,” dikutip dari keterangan resmi, Kamis (27/2/2020).
Di sisi lain, beban pokok perseroan meningkat sekitar 21,45 persen menjadi Rp3,92 triliun. Adapun pada tahun sebelumnya, beban pokok perseroan mencapai Rp3,23 triliun. Dengan kata lain, terjadi peningkatan beban sebanyak Rp 692,28 miliar.
Pada sisi aktiva, total aset perseroan mencapai Rp2,89 triliun, tumbuh 27,54 persen secara tahunan. Aset lancar mencatatkan pertumbuhan 33,27 persen menjadi Rp2,35 triliun, sedangkan aset tidak lancar naik 7,6 persen menjadi Rp 545,54 miliar.
Total kenaikan aset ini terutama disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas sebesar 79,6 persen menjadi Rp 491,54 miliar. Selain itu, piutang usaha mengalami kenaikan 39,51 persen menjadi Rp930,66 miliar.
Sementara itu, pada pos pasiva, total liabilitas perseroan mengalami peningkatan cukup signifikan, yakni 61,45 persen menjadi Rp1,27 triliun. Kontributor utamanya adalah peningkatan liabilitas jangka pendek sebesar 65,26 persen menjadi Rp1,2 triliun.
Kenaikan liabilitas ini disebabkan oleh kenaikan utang usaha sekitar 103,96 persen menjadi Rp956,29 miliar. Adapun, pada tahun sebelumnya, utang usaha perseroan mencapai Rp470,34 miliar. Perseroan menjelaskan kenaikan utang ini diperuntukan untuk pembelian barang dan jasa yang sebagian besar pembayarannya sudah dilakukan pada Januari 2019.