Bisnis.com, JAKARTA – Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham berpotensi meningkat dalam waktu dekat seiring dengan periode rilis laporan keuangan 2019 dan keputusan emiten memberikan dividen.
Managing Director PT Mandiri Sekuritas Heru Handayanto menyampaikan biasanya transaksi saham meningkat mulai Januari karena masih terimbas pertumbuhan Desember tahun sebelumnya. Namun, adanya sejumlah kasus yang mendera pasar modal dan dampak virus corona membuat January Effect melempem.
Dalam waktu dekat, RNTH berpotensi meningkat seiring dengan musim pembagian dividen. Sebagai rujukan, sejumlah bank pelat merah seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. cukup royal membagikan dividen.
Emiten bersandi saham BBRI membagikan dividen Rp20,6 triliun, atau 59,93 persen dari laba bersih. Adapun, BMRI menyalurkan dividen Rp16,49 triliun atau 59,7 persen dari laba bersih.
“Jadi setelah sebelumnya transaksi saham harian terganggu pada awal tahun. Kami lihat menjelang pembagian dividen, ada RUPS [Rapat Umum Pemegang Saham], investor bersiap kembali masuk [ke pasar saham], sehingga transaksi terdorong,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (20/2/2020).
Selain itu, transaksi saham dapat menanjak seiring dengan keluarnya laporan keuangan 2019. Dengan harapan hasil kinerja keuangan yang positif, investor mengestimasi adanya pertumbuhan laba, sehingga peluang pemberian dividen yang lebih besar semakin meningkat.
Baca Juga
Di samping dua faktor musiman tersebut, sambung Heru, sentimen lain yang dapat mendorong RNTH adalah masuknya emiten baru dengan fundamental bagus dan regulasi omnibus law. Dia berharap IPO dengan nilai jumbo pada 2020 dapat terealisasi, sehingga dapat membuat pasar lebih atraktif.
Adapun, omnibus law diperkirakan dapat mendorong investasi langsung ke Indonesia yang berdampak terhadap pertumbuhan industri. Artinya, ada potensi emiten dapat membukukan kinerja keuangan yang lebih baik.
Pada tahun lalu, RNTH Mandiri Sekuritas berkisar Rp700-an miliar dengan komposisi investor institusi dan ritel sekitar 65:35. Perusahaan pun menjadi sekuritas dengan transaksi saham terbesar pada 2017—2019.
Heru mengatakan untuk target transaksi saham harian perusahaan pada tahun ini masih dalam tahap penghitungan tim riset. Namun, Mansek tetap berupaya untuk menjadi sekuritas dengan transaksi saham terbesar seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kita belum punya target [transaksi saham], karena riset masih kumpulkan dan hitung ulang. Harapannya kembali menjadi yang terbesar,” imbuhnya.
Kepala Unit Kajian dan Analisis Ekonomi Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Heidy Ruswita Sari menyampaikan penyelesaian berbagai problem di pasar modal akan mendorong peningkatan transaksi saham.
Di samping itu, faktor periode rilis laporan keuangan 2019 dan pembagian dividen dari sejumlah emiten akan meningkat minat investor masuk kembali ke bursa.
Adapun, untuk memprediksi kondisi pasar saham sampai akhir tahun ini, pihaknya akan melihat laporan keuangan emiten dan data-data ekonomi Indonesia periode kuartal I/2020. Bila hasilnya memuaskan, maka potensi transaksi saham bakal meningkat.
“Setelah data kuartal I/2020 keluar, baru kami bisa melihat seperti apa prospeknya sampai akhir tahun,” imbuhnya.
Berdasarkan data BEI, pada pekan kedua Februari 2020 jumlah transaksi harian berkurang 9,46 persen menuju Rp6,22 triliun dari pekan sebelumnya Rp6,87 triliun.
Nilai transaksi itu juga di bawah RNTH pada 2019 sekitar Rp9,1, triliun dan target BEI pada 2020 sejumlah Rp9,5 triliun.