Bisnis.com, JAKARTA – Banyaknya sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri diakui mengganggu kinerja transaksi saham perusahaan sekuritas.
Direktur PT Panin Sekuritas Prama Nugraha mengatakan, keadaan pasar saham yang saat ini kurang kondusif turut berpengaruh pada jumlah transaksi saham yang dilakukan. Menurutnya, sentimen-sentimen seperti wabah virus corona dan kasus-kasus pasar modal di Indonesia membuat keyakinan investor berkurang.
Meski demikian, penurunan pendapatan pada sisi transaksi saham tidak memberi pengaruh signifikan terhadap upaya meraup laba yang besar. Ia menuturkan, pihaknya juga memiliki lini penerimaan lain yang dinilai saat ini kinerjanya masih cukup mumpuni.
“Dari konsolidasi pihak kami ada sejumlah lini usaha, seperti asset management untuk mengelola reksa dana, pendapatan dari pembiayaan nasabah seperti repo, dan bisnis underwriting,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.
Prama melanjutkan, pihaknya cukup optimistis efek dari sentimen tersebut tidak akan bertahan lama. Ia memperkirakan, transaksi saham akan kembali membaik setelah emiten-emiten merilis laporan keuangan selama tahun 2019 pada kuartal I/2020 ini.
Secara terpisah, Direktur Mandiri Sekuritas Andy Bratamihardja mengatakan kasus-kasus besar terkait pasar modal di Indonesia seperti manipulasi saham Jiwasraya, pemblokiran rekening efek, dan gagal bayar reksa dana amat mengganggu kinerja sektor broker saham.
Ia mengatakan gangguan tersebut menyebabkan volume transaksi yang terjadi pada dua bulan pertama tahun 2020 mengalami penurunan. Hal tersebut, lanjutnya, terjadi baik pada investor ritel maupun investor dari institusi yang menjadi klien perusahaannya.
Andy melanjutkan, kenaikan jumlah transaksi saham hanya dapat terjadi apabila seluruh masalah tersebut sudah diselesaikan. Ia berharap otoritas-otoritas terkait persoalan yang terjadi dapat segera mengambil langkah konkrit agar jumlah transaksi saham dapat kembali naik.
“Solusinya hanya itu saja, semua masalah yang saat ini sedang melilit pasar saham Indonesia harus selesai terlebih dahulu,” ujarnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, rata-rata volume transaksi harian pada perdagangan pekan kedua Februari 2020 mengalami koreksi 16,53 persen menjadi 5.170 miliar unit saham dari 6.194 miliar unit pada pekan sebelumnya.
Senada dengan rata-rata volume transaksi harian, rata-rata nilai transaksi harian juga mengalami koreksi 9,46 persen menjadi Rp6,22 triliun dari sebelumnya Rp6,87 triliun. Padahal, BEI menargetkan transaksi harian mencapai Rp9,5 triliun pada 2020, naik dari 2019 senilai Rp9,1 triliun.