Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja PT Timah Tbk. dinilai masih akan tergantung pada pergerakan harga timah dunia. Kinera makin mendapat tantangan berat karena di awal tahun wabah virus corona merebak di China dan telah berdampak secara global.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pergerakan harga timah berjangka di Bursa London sudah memasuki fase konsolidasi dan membentuk pola rectangle. Dia menyebut, harga timah berpotensi menguat ke level US$17.737,5 per ton.
Pergerakan harga timah, lanjut Nafan juga akan mempengaruhi harga saham PT Timah yang dalam setahun terakhir terkoreksi hampir 50 persen. Namun demikian, saat ini pergerakan harga saham TINS tidak bergerak seiring dengan harga timah yang sudah memasuki fase konsolidasi.
“Hal ini berlaku pada Maret hingga September, harga TINS mengalami downtrend seiring dengan Tin Futures. Tapi sekarang, TIN FUTURES sudah mengalami fase konsolidasi dari September, masalahnya hal ini tidak diikuti oleh pergerakan harga saham TINS,” jelas Nafan kepada Bisnis.com, Senin (17/2/2020).
Sejak awal tahun, harga saham TINS terkoreksi sekitar 18,18 persen ke level Rp675 per saham. Tren ini melanjutkan tren penurunan yang terjadi pada Maret—September 2019. Selain disebabkan oleh penurunan harga timah, lanjutnya, hal ini disebabkan oleh kenaikan beban operasional perseroan.
Per September 2019, emiten bersandi saham TINS itu mencetak rugi bersih sebanyak Rp175,78 miliar. Pendapatan TINS memang naik 114,64 persen menjadi Rp14,59 triliun. Namun, beban pokok penjualan juga meningkat 136,63 persen menjadi Rp13,35 triliun.
Baca Juga
Di samping itu, salah satu penyebab kenaikan beban TIN berasal dari pos beban keuangan. TINS mencetak beban keuangan sebesar Rp525,11 miliar, naik 162 persen dibandingkan dengan posisi September 2018.
Nafa memperkirakan, harga saham TINS tidak bergerak beiringan dengan harga komoditas timah, terlebih kerugian itu membuat kecewa para pelaku pasar. “Bisa jadi pelaku pasar menyayangkan kinerja TINS yang mengalami net loss pada kuartal III/2019," tukasnya.
Dengan tren pergerakan harga saat ini, Nafan menyebut belum dapat menetapkan rekomendasi terhadap saham TINS. Selain untuk menghindari unsur subjektivitas, Nafan mengindari hal ini karena pergerakan saham TINS saat ini masih berada di area down channel.