Bisnis.com, JAKARTA – emiten pertambangaan logam PT Timah Tbk. menargetkan target produksi pada tahun ini naik 5 persen dari realisasi produksi tahun lalu, dengan syarat tren pergerakan harga timah pada tahun ini menunjukkan kenaikan.
Sekertari Perusahaan PT Timah Abdullah Umar mengatakan bahwa tahun ini pihaknya akan cenderung wait and see terlebih dahulu untuk memutuskan target produksi timah pada tahun ini, menanti perkembangan tren harga timah pada tahun ini.
“Kami akan targetkan [produksi] naik sedikit sekitar 5 persen, tetapi akan menunggu bagaimana tren harga pada tahun ini terlebih dahulu. Kami tidak bisa mengontrol harga, tetapi kami bisa maintain dengan mengatur jumlah yang kita produksi,” ujar Umar usai konferensi persi RUPSLB PT Timah Tbk di Jakarta, Senin (10/2/2020).
Seperti yang diketahui, pada tahun lalu harga timah terkoreksi cukup dalam seiring dengan lemahnya permintaan akibat sentimen perang dagang antara AS dan China yang terjadi berlarut-larut. Menurut data Bloomberg, sepanjang perdagangan tahun lalu harga timah di bursa London telah terdepresiasi sekitar 12 persen.
Oleh karena itu, PT Timah bersama dengan beberapa pelaku usaha di dunia, memangkas volume produksi dan ekspor demi menstabilkan harga. Emiten berkode saham TINS itu, memangkas volume ekspor mulai Juni 2019 sebesar 1.000 ton hingga 1.500 ton.
Adapun, pada perdagangan Jumat (6/2/2020), harga timah di bursa London melemah 3,14 persen menjadi US$16.175 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga timah masih terdepresiasi 5,82 persen. Padahal, pada pertengahan Januari lalu timah sempat bullish dan menyentuh level US$17.842 per ton.
Baca Juga
Perseroan akan membuka opsi untuk kembali memangkas volume ekspor jika tren harga timah tidak menunjukkan perubahan.
Di sisi lain, Umar mengatakan bahwa estimasi realisasi produksi timah sepanjang 2019 berada di kisaran 60.000 ton hingga 70.000 ton.