Bisnis.com, JAKARTA – Dampak wabah virus corona terhadap perekonomian dan kinerja Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi membesar apabila terus berlanjut. Sejumlah rancangan kebijakan pemerintah dinanti untuk memberikan sentimen positif pada nilai saham.
Senior Portfolio Manager – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli menjelaskan pemberlakuan isolasi pada beberapa wilayah di China amat berdampak terhadap industri pariwisata secara global.
Negara dengan ketergantungan pariwisata yang tinggi terhadap PDB – khususnya dari kunjungan turis China – akan mengalami dampak negatif yang lebih besar. Hingga saat ini kontribusi pariwisata Indonesia terhadap PDB relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara kawasan Asia lainnya.
“Hal ini membuat Indonesia menjadi negara dengan paparan terbatas terhadap wabah ini,” katanya dalam keterangan pers, Kamis (13/2/2020).
Namun, dampak yang dapat dirasakan Indonesia terhadap wabah ini berpotensi meningkat jika China memperpanjang lagi hari libur Imlek dan kebijakan isolasi yang dapat mengurangi aktivitas ekonomi dan mengakibatkan penurunan permintaan komoditas dan akitivitas ekspor impor.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, Indonesia tidak terlalu terpengaruh dari SARS di tahun 2003 dan flu burung di tahun 2006-07 baik dari banyaknya kasus, korban jiwa ataupun performa kinerja pasar finansial dan nilai tukarnya.
Baca Juga
Apabila wabah ini berlangsung lebih lama dari perkiraan, maka sentimen risk-off dapat meningkat dan memicu capital outflow dari pasar saham Indonesia.
“Semakin cepat dan efektif pengendalian penyebaran virus maka dampaknya akan lebih positif terhadap perekonomian global dan Indonesia,” katanya
Valuasi IHSG
Selain itu, koreksi yang terjadi baru – baru ini membuat valuasi IHSG menjadi semakin atraktif karena price to earning (PE) rasio 12 bulan sudah turun dibawah -1 standar deviasi dalam lima tahun terakhir.
Kondisi ini membuka peluang investasi bagi pemegang modal dengan keinginan investasi jangka panjang untuk kembali berinvestasi di pasar saham Indonesia secara bertahap.
Ia melanjutkan, sentimen positif yang dinantikan pihaknya pada tahun ini adalah perbaikan pendapatan dan kecepatan eksekusi kebijakan reformis seperti Omnibus Law, revisi Undang-Undang tenaga kerja, pemotongan pajak, dan revisi Daftar Negatif Investasi. Hal tersebut dinilai akan menjadi katalis positif yang sangat dinantikan tahun ini.
Perbaikan sentimen global diperkirakan akan mendorong masuknya aliran dana asing pada pasar saham Asia. Secara historis aliran modal yang masuk ke pasar saham Asia memiliki korelasi yang tinggi dengan kinerja pasar saham Indonesia.
“Kinerja pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh outlook pasar saham Asia dan pertumbuhan earnings perusahaan domestik,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan, pihaknya akan tetap fokus mengidentifikasi peluang investasi melalui proyeksi makro ekonomi dan analisa fundamental di masing-masing emiten.
Untuk jangka pendek, ia memilih sektor yang lebih defensif – dengan paparan yang lebih kecil terhadap ekonomi global dan yang telah terkoreksi tajam – seperti misalnya barang konsumsi dan semen.
“Kami akan terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” ujarnya.