Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (13/2/2020), di tengah pelemahan bursa Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di level 5.873,29 dengan pelemahan 0,67 persen atau 39,79 poin pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (12/2/2020), IHSG menutup pergerakannya di teritori negatif yakni level 5.913,08 dengan pelemahan 0,69 persen atau 41,32 poin.
Sebelum kembali melemah, indeks sempat bangkit ke zona hijau dengan dibuka naik 0,15 persen atau 8,83 poin di posisi 5.921,91 pada Kamis (13/2) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak fluktuatif di level 5.873,29 – 5.929,50.
Seluruh 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I, dipimpin infrastruktur (-1,54 persen), pertanian (-1,38 persen), dan barang konsumen (-1,18 persen).
Sebanyak 119 saham menguat, 240 saham melemah, dan 321 saham stagnan dari 680 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga
Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing turun 3,29 persen dan 1,83 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG pada akhir sesi I.
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 melemah 0,66 persen atau 3,53 poin ke level 530,63, sedangkan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index melorot 1,37 persen atau 8,58 poin ke posisi 619,21 pada akhir sesi I.
Mayoritas indeks saham di Asia juga bergerak negatif, di antaranya indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang masing-masing turun 0,2 persen dan 0,39 persen, serta indeks Kospi Korea Selatan yang terkoreksi 0,23 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 0,53 persen dan 0,48 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,37 persen.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 14 poin atau 0,1 persen ke level Rp13.688 per dolar AS pukul 11.54 WIB, setelah dibuka terapresiasi tipis 0,01 persen atau 1 poin di posisi 13.673.
Dilansir Bloomberg, mayoritas mata uang di Asia melemah saat pasar mencermati lonjakan kasus baru terinfeksi virus corona (coronavirus) Covid-19 di China. Indeks saham di kawasan ini pun terseret ke zona merah.
Padahal, tren baru-baru ini menunjukkan bahwa laju infeksi virus tersebut mulai stabil.
Pada Rabu (12/2/2020), provinsi Hubei, jantung wabah virus itu, menambahkan 14.840 kasus baru selama periode 24 jam. Lonjakan kasus ini terjadi setelah komisi kesehatan setempat merevisi metode untuk menghitung jumlah kasus terinfeksi.
“Pasar mengambil jeda untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan virus corona dan akan mencari tahu data tersebut dalam beberapa hari ke depan,” ujar Steve Brice, kepala strategi investasi di Standard Chartered Private Bank, kepada Bloomberg TV.
“Kekhawatirannya adalah jika data itu merupakan langkah mundur dalam hal reklasifikasi dan karena itu, tren jumlah kasus baru yang melambat masih ada, atau ini pertanda tren tersebut akan berbalik dan menjadi lebih mengkhawatirkan,” tambahnya.