Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diramal Masuk Zona Merah

Pelaku pasar diprediksi bakal menghindari aset berisiko seiring wabah corona di China yang makin meluas. Ini membuat rupiah diperkirakan bakal melemah.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diperkirakan bakal melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini seiring dengan aksi menghindari aset berisiko oleh investor. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan aksi itu didorong oleh sentimen penyebaran virus corona yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah dinyatakan sebagai darurat global.

“Rupiah kemungkinan masih akan melemah tetap tipis di kisaran level Rp13.630 per dolar AS hingga Rp13.690 per dolar AS,” ujar Ibrahim melalui keterangan resmi, Jumat (31/1/2020).

Pada penutupan perdagangan Rabu (30/1/2020), mata uang garuda berada di level Rp13.657 per dolar AS, melemah 0,168 persen atau 23 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah telah melemah 0,132 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Ibrahim mengatakan, penyebaran virus corona masih menjadi fokus utama pelaku pasar karena berpotensi melemahkan ekonomi China, ekonomi kedua terbesar di dunia.

Pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi turun menjadi 5 persen atau bahkan lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia sebesar 6 persen. Akibatnya, Pemerintah dan Bank Sentral China disebut bakal terdorong untuk menggelontorkan stimulus.

Untuk diketahui, jumlah orang yang terjangkit virus corona telah mencapai lebih dari 6.000 orang, melampaui otal masyarakat terjangkit pada epidemi Syndrome Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003. Sejauh ini, virus corona dilaporkan telah menelan korban jiwa sebanyak 170 orang.

Selain virus corona, sentimen lain yang bakal mempengaruhi pergerakan rupiah lainnya adalah kebijakan The Fed kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 1,5 persen. S.d 1,75 persen.

Ibrahim menilai di tengah kondisi global yang dipenuhi ketidakpastian,  pemerintah dan Bank Indonesia harus memperkuat stabilitas ekonomi dalam negeri. “Caranya dengan  melakukan strategi bauran kebijakan baik moneter maupun yang lainnya sehingga bisa meningkatkan kepercayaan pasar sehingga arus modal kembali masuk,” jelasnya.

Di samping itu, Ibrahim juga menilai Bank Indonesia perlu menurunkan kembali suku bunga acuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Hal itu perlu dilakukan bila pemerintah tetap ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1 persen hingga 5,2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper