Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Tahan Suku Bunga, Indeks S&P Kehilangan Tenaga

Pasar saham pada awalnya menunjukkan sedikit reaksi terhadap pernyataan kebijakan The Fed tetapi terus melemah setelah konferensi pers oleh Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks S&P 500 Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Rabu (29/1/2020), karena dorongan dari perusahaan seperti Apple, Boeing, dan General Electric memudar setelah pengumuman kebijakan dari Federal Reserve.

Pasar saham pada awalnya menunjukkan sedikit reaksi terhadap pernyataan kebijakan The Fed tetapi terus melemah setelah konferensi pers oleh Gubernur The Fed, Jerome Powell.

The Fed mempertahankan suku bunga acuannya seperti yang diperkirakan sebelumnya, namun tidak memaparkan panduan baru pada neraca. Powell mencatat masih adanya "ketidakpastian terhadap prospek" dan mengingatkan dampat wabah coronavirus di China.

Sejak penurunan suku bunga terakhir The Fed pada Oktober 2019, bank sentral AS telah sepakat untuk mempertahankan tingkat kebijakan target mereka di kisaran saat ini, 1,50  persen hingga 1,75 persen.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 11,6 poin atau 0,04 persen ke level menjadi 28.734,45, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 kehilangan 2,84 poin atau 0,09 persen ke 3.273,4 dan Nasdaq Composite menguat 5,48 poin atau 0,06 persen ke level 9.275,16.

Saham Apple Inc menguat 2,09 persen setelah produsen iPhone ini melaporkan laba untuk kuartal IV/2019 yang melampaui ekspektasi analis, bahkan saat bersiap menghadapi penurunan permintaan di China karena wabah coronavirus.

Sementara itu, saham Boeing Co menguat 1,72 persen setelah produsen pesawat ini memperkirakan kerugian hingga US$19 miliar terkait dengan larangan terbang pesawat 737 Max. Angka ini lebih rendah dari yang diperkirakan banyak analis, dan membantu mengimbangi laporan keuangan perusahaan yang mencatat kerugian tahunan pertamanya sejak 1997.

Sejumlah perusahaan telah memperingatkan gangguan pada operasi mereka karena wabah coronavirus. Sorang ekonom pemerintah mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara itu dapat turun hingga 5 persen atau bahkan lebih rendah.

"Saya tidak bermaksud untuk meminimalkan dampak virus terhadap manusia, tetapi yang lebih memprihatinkan bagi saya bukanlah bahwa pasar belum menanggapi virus tersebut, tetapi lebih karena pasar telah menguat sangat kuat dalam 2,5 pekan pertama Januari," kata Ellen Hazen, manajer portofolio di FLPutnam Investment Management, seperti dikutip Reuters.

"Pasar tampaknya telah menguat dengan sendirinya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper