Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Internasional Tbk. (MEDC) mengalokasikan belanja modal sebesar US$340 juta pada 2020 untuk ekspansi bisnis minyak dan gas (migas) serta kelistrikan.
Dalam bahan paparan investor per September 2019 yang dipublikasikan Senin (13/1/2020), manajemen mengungkapkan rencana bisnis ke depan. Secara garis besar, ada tiga lini bisnis Medco, yakni migas, kelistrikan, dan pertambangan logam.
MEDC mengalokasikan belanja modal sebesar US$340 juta pada 2020, turun tipis dari 2019 senilai US$350 juta. Perincian penggunaan capex tahun ini adalah bisnis migas US$280 juta dan bisnis kelistrikan S$60 juta.
Untuk operasional bisnis migas, perusahan menargetkan komposisi produksi minyak dan gas berbanding 43% dan 67% pada 2020. Adapun, pada 2019 komposisi minyak sebesar 31%, gas 55%, dan produksi dari Ophir 25%.
Di bisnis migas, perusahaan sudah melakukan produksi sebesar 117 Million Barrel Oil of Equivalent Per Day (MBOEPD). Ongkos per unit ditekan hingga US$9,5 per barrel oil equivalent (boe).
Selain itu, pada Desember 2019, Medco sudah melakukan produksi minyak perdana di Bualuang Phase 4B, Thailand, sebesar 12.900 barel per hari (bopd), atau di atas ekspektasi.
Baca Juga
“Perusahaan juga melakukan pengembangan gas di Jawa Timur dan Buntal-5, Laut Natuna Selatan Blok B, yang akan melakukan produksi perdana pada pertengahan 2020,” papar manajemen dalam laporan.
Di bisnis kelistrikan, melalui entitas usahanya Medco Power, perusahaan melakukan penjualan daya 1.870 GWh. Unit Pembangkit Swasta (IPP) Riau sudah mencapai kesepakatan pendanaan dengan kemajuan konstruksi 46%. Diharapkan proyek itu dapat menghasilkan pada kuartal II/2021.
Adapun, di bisnis pertambangan logam, melalui PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Medco memiliki persediaan 96 juta pon tembaga dan 42 kilo troy ounces emas.
Saat ini perseroan tengah melakukan pengembangan fase-7 Tambang Batu Hijau dan front end engineering design (FEED) smelter. Proses FEED sudah mencapai 70%.