Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia mengatakan, sepanjang dua pekan pertama Januari 2020, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan sebagai imbas meningkatnya cadangan devisa Desember 2019 sebesar US$129,2 miliar.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah pada Jumat (10/1/2020) menunjukkan posisi di bawah Rp13.800 bahkan Rp13.750.
Perry menilai penguatan ini mencerminkan tiga hal. Pertama, penguatan nilai tukar rupiah mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dimana perkiraan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan 5,1 persen -5,5 persen. Fundamental itu inflasi yang tadi itu rendah, terjaga dan kisaran sasaran 3 persen sampai 4 persen," jelas Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (10/1/2020).
Beberapa komponen fundamental lain kata Perry adalah stabilitas eksternal yang terjaga.
Hal ini dalam artian, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) terjaga pada kisaran 2,3 persen-3 persen dari pdb. Selain itu pembiayaan CAD yang akan lebih besar berkat dari surplus neraca modal yang lebih besar.
"Dan kondisi fundamental apa lagi yang lebih bagus, itu terkait dengan cadangan devisa yang tinggi mencerminkan stabilitas eksternal," jelas Perry.
Perry menyatakan penguatan rupiah awal tahun ini konsisten dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang membaik.
Selain itu, penguatan rupiah juga konsisten dengan berlangsungnya mekanisme pasar yang secara baik. Tercermin sisi pasokan dari valuta asing yang lebih tinggi dari sisi permintaan.
"Pasokannya dari mana? Tentu saja dari eksportir yang menjual devisanya dari aliran modal asing masuk," ujar Perry.
Perry mengklaim kedua sumber ini lebih dari mencukupi permintaan-permintaan valas dan devisa dari para importir maupun kebutuhan-kebutuhan yang lain.